Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Miskin Permanen

3 Februari 2024   08:01 Diperbarui: 3 Februari 2024   08:11 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Miskin permanen, nasib yang tercipta dalam bayangan,
Bagaikan bayu malam yang tak kunjung reda.
Dalam setiap langkah yang ditempuh tanpa arah,
Puisi miskin permanen terpahat di lorong kesengsaraan.

Rumah yang retak, jendela yang tak bertali,
Miskin permanen adalah puisi yang terlupakan.
Dalam kekurangan yang tak terhingga,
Terlukislah kisah kepahitan di setiap baitnya.

Namun, di dalam hati yang berserak puing kehidupan,
Mungkin ada kekayaan yang tak terukir oleh dunia.
Puisi ini adalah panggilan, untuk merangkul kasih dan kepedulian,
Mengubur luka miskin permanen dalam tindakan kebaikan.

Miskin permanen, sebuah puisi yang meminta harapan,
Agar matahari terbit di kegelapan keterpurukan.
Dalam setiap doa yang terucap, dan tindakan yang tulus,
Mungkin, puisi miskin permanen bisa berubah jadi pelangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun