Kampungku
Di kampungku yang damai, agama adalah pilar,
Mayoritas harmoni, keberagaman yang indah.
Situasi impian, meski lingkungan terabaikan,
Sungai berderit, penuh sampah yang meminta ampun.
Seloka riang tergenang di antara aliran air,
Rindu akan gotong royong, semangat yang menyala.
Minoritas dihargai, di mata Allah setara,
Martabat di depan-Nya, dan di hadapan sesama.
Kerukunan membentang seperti langit biru,
Saat toleransi dan moderasi berpadu.
Kampungku tempat harmoni tercipta,
Dalam pelukan kasih, cinta yang abadi.
Sesama bersatu, bahu membahu,
Menjalin kebersamaan dalam kehidupan.
Di kampung yang damai, cinta menyala,
Sebagai anugerah Allah, dalam taman surga-Nya.
Kampungku, di lembah hijau berpeluk bukit,
Mimpi damai berbisik, senantiasa menyiksit.
Mayoritas menaungi, keyakinan berpadu,
Tapi nestapa bersembunyi, di sudut pandangmu.
Sungai, urat nadi kampung, kini penuh lara,
Sampah mengambang, tarian duka yang tiada tara.
Selokan melimpah, nestapa bernyanyi pilu,
Rindu gotong royong, bahu membahu hilang menu.
Di mana gerangan, toleransi yang diagungkan?
Moderasi terkikis, ketimpangan meraja kian bingung.
Minoritas tersudut, martabat diinjak-injak,
Kesetaraan sirna, hanya bayang-bayang semu bak.
Oh, kampungku, bangunlah dari tidur panjang,
Perbedaan ciptaan Tuhan, bukan untuk dipandang.
Harmoni kuncinya, bukan dominasi belaka,
Mari satukan tangan, bersama wujudkan damai baka.
Gotong royong sucikan sungai, bersihkan selokan,
Tanamkan lagi cinta, bukan kebencian terlanjur.
Minoritas dan mayoritas, sama di mata Tuhan,
Mari tebarkan toleransi, moderasi jadi pegangan.
Kampungku, bangkitlah! Mimpi damai jangan padam,
Mari ciptakan surga, di bumi nusantara tercinta.
Biarlah agama jadi pelita, bukan pedang berkarat,
Bersatu padu kita, wujudkan kampung impian tak terbantah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H