Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rintihan Ketidakbijaksanaan Kata: Kenapa Harus Mengumpat?

8 Desember 2023   15:30 Diperbarui: 8 Desember 2023   16:15 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Rintihan Ketidakbijaksanaan Kata: Kenapa Harus Mengumpat?"

Oh, kata-kata yang tak bijaksana Mengumpat, mencaci, dan menghina Mengapa harus kau ucapkan? Apakah kau tidak tahu artinya?

Kata-kata yang tak bijaksana Mampu melukai hati seseorang Mampu membuat seseorang terluka Mampu membuat seseorang tersakiti

Kata-kata yang tak bijaksana Mampu memecah belah persatuan Mampu menciptakan permusuhan Mampu menghancurkan kedamaian

Oh, kata-kata yang tak bijaksana Kenapa harus kau ucapkan? Apakah kau tidak tahu artinya?

Mengumpat, tindakan penuh dosa, Meracuni hati, merusak suasa. Kata-kata tajam, menusuk dada, Mengapa harus mengumpat, padahal ada?

Dalam diam, sejuta makna terselip, Ketika berkata, dunia pun terlipat. Mengumpat, layaknya angin berhembus, Merayap perlahan, tanpa disadari.

Kata-kata tajam, racun di lidah, Merayap seperti ular berbisa. Mengapa harus mengumpat, bertanya hati, Saat kebaikan jauh lebih bernilai.

Dalam kebisuan, tersembunyi keindahan, Ketika bersuara, terucaplah luka. Mengumpat, menggerus persahabatan, Merusak jalinan, hancurkan harapan.

Kenapa, oh kenapa harus mengumpat? Bukankah ada kebijaksanaan di bibir? Kata-kata bijak, sumber kedamaian, Lebih baik hening, daripada mengumpat seru.

Mengumpat, seperti panah tanpa tujuan, Melesat liar, merusak hubungan. Ketika diam, kita menyelami batin, Mengapa harus mengumpat, tanpa alasan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun