Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dalam Bisu Kehilanganmu: Mengapa Kau Menumpahkan Kata-kataku?

3 Desember 2023   18:16 Diperbarui: 3 Desember 2023   18:31 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bisik angin membawa rahasia, menyelinap di antara relung hati,
Puing-puing puisi terbentur, meratap dalam keheningan malam.

Kau biarkan rima hancur, metafora terluka,
Seperti matahari yang meredup, dalam cakrawala senja.

Dalam bisu kehilanganmu, kata-kataku tergantung rapuh,
Aku mencari jawaban, dalam lirik yang terluka dan hampa.
Kisah kita, kini tergeletak tanpa makna,
Dalam bisu kehilanganmu, aku bertanya-tanya, mengapa.
Dalam bisu kehilanganmu,
Aku terduduk sendiri,
Memeluk segenggam rindu,
Yang semakin layu dan perih.

Darah kata-kataku,
Kau tuangkan di atas kertas,
Kau lukis dengan tinta merah,
Menggambarkan luka yang dalam.

Kata-kata yang dulu,
Kau ucapkan dengan penuh cinta,
Kini menjadi pisau,
Yang menusuk hatiku.

Mengapa kau lakukan ini?
Mengapa kau menyakitiku?
Apakah kau tidak tahu,
Betapa aku mencintaimu?

Aku ingin kembali ke masa lalu,
Ketika kau masih ada di sini,
Ketika kata-katamu masih penuh cinta,
Dan tidak ada luka yang terluka.

Tapi itu hanya mimpi,
Yang tidak akan pernah menjadi nyata.
Sekarang aku hanya bisa,
Memeluk segenggam rindu,
Dan menangis dalam bisu.

Pesan dari puisi ini:
Berawal dari refleksi didik saat ada seorang peserta didik yang mengalami pembullyan ingin keluar dari jerat pembullyan itu, hanya Dia yang memberi cahaya yang terang untuk membangkitkan.
menceritakan tentang kesedihan peserta didik yang kehilangan orang yang dicintai. Orang tersebut merasa sakit hati karena orang yang dicintainya telah mengkhianati cintanya. Ia merasa bahwa cintanya telah dicurangi dan dihancurkan.
Puisi ini menggunakan bahasa yang puitis dan menggambarkan emosi kesedihan yang mendalam. Kata-kata "darah kata-kata" digunakan untuk menggambarkan betapa sakitnya hati orang tersebut. Kata-kata "pisau" digunakan untuk menggambarkan betapa tajamnya rasa sakit yang dirasakan orang tersebut.
Puisi ini memiliki akhir yang tragis. Orang tersebut hanya bisa memeluk segenggam rindu dan menangis dalam bisu. Ia tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi dan ia hanya bisa menerima kenyataan pahit tersebut.
Ada secerca harapan bahwa saat keluar dari jerat pembunuhan karakter itu.. dia akan menjadi orang yang lebih dewasa yang mampu menyembuhkan luka batinnya.. memberikan cahaya yang lebih terang bagi duania ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun