Gelap bercampur kesunyian mengaduk-aduk malam ini..
Diam-diam ada yang mengendap-endap di balik rimbunnya belukar..seperti pencuri makanan dengan bau yang tak pernah mandi..
Semakin menyengat saat di guyur hujan malam ini..
Berlari dengan cepat mencari sesuap nasi sisa makanan..
Dari tong sampah ke tong sampah yang lain..
Dari gundukan sampah yang yang lain tanpa takut
Menghancurkan urat malunya untuk sesuap nasi..
Seperti pencuri malam yang kelaparan menerobos dinginnya malam dengan cepat..
Rakus tajam penciumanmu..
Menghabiskan malam tuk isi perutmu.. Sebelum pagi mengejarmu nanti..
Sebelum jam malam itu habis.
Seperti pencuri malam yang mengendap-endap cepat, sampai sangat penjaga rumah membiarkanmu
Musuh besarmu membiarkanmu pula..
Meski kadang kau dimakan..
Tuk kurangi populasimu tak punah di makan mereka..
Tapi tak rakus sepertimu.. Lebih enak tidur...
Daripada mengurusimu..
Kau masih beruntung di sekitar rumahku..
Leluasa bebas tak terkendali..
Asal kau tak keterlaluan..
Tapi teman-temanmu tak seberuntung dirimu..
Bangkai mereka berceceran arus di lindas..
Sampai pipih kering tak terurus..
Setelah di bunuh dengan sadis. Dan diracun... Dengan keji..
Dan tidak berperikehewanan..
Saat kau ikut berkabung punahnya keturunanmu..
Tapi kau bukan pencuri uang rakyat..
Kau hanya tikus rumah yang kelaparan diwaktu hujan, karena sumber makananmu di kuasai mereka yang tak bertanggung jawab
Kau hanya sekedar mencari sesuap nasi bersama binatang malam lainnya..
Daripada mati kelaparan demi mempertaruhkan nyawamu demi sesuap nasi
Moga umurmu panjang di telan waktu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H