Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kenapa Kau Tuding Alam

2 Februari 2021   16:49 Diperbarui: 2 Februari 2021   16:53 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KENAPA ALAM murka

Kenapa kau salahkan... alam..

Jika kau membabat habis hutan dan hewan-hewannya mengungsi dan menjarah permukiman penduduk

Kenapa kau salahkan cuaca

Jika saat musimnya kau gunduli hutan dan tanah bukit  menutupi rumah-rumahmu

Kenapa kau salahkan hujan

Jika kau lihat semua bukit dan gunung menjadi lahan pertanian dan perkebunan

Menanam vila yang megah dan menyewakannya..

Ah itu kan Cuma oknum saja...

Tapi kenapa  alam harus semurka itu...

Ketika penghijaun dimana-mana..

Tapi banjir masih tetap melanda..

Menebar pasti wabah penyakit..

Ah itu kan sudah menjadi langganan..

Tapi kenapa alam harus murka

Saat virus corona melanda manusia..

Dan virus yang bersahabat dengannya pindah ke manusia..

Karena hewan-hewan mati di bunuh dan di jual..besar-besaran..

tuk perut dan keserahan diri

Serang  tumbangkan ribuan umat manusia..

Ah itu kan lebih bagus tuk mengurangi populasi manusia di dunia ini..

Karena seleksi alam..

Sejenak ku merenung dalam diamnya hati..

Puaskan kau Alam dengan ulah kami..

Kami sudah peduli ko dengan kesombongan diri...

Dan harus di hancurkan olehmu penguasa jagat raya..

Tapi kenapa masih bebal...

Hanya,, saudara kami yang peduli

Tuk menciptakan asa di hari esok yang cerah..

Di alam yang rusak ini..

Tuk lestarikan hutan ini..

Lebatkan dan tanam pohon kehidupan tuk anak cucu..

Yang belum menjadi telur ..

dan haruskah ku kembali menuding alam yang berulah..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun