Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Doa Orang Sepele

29 Desember 2020   20:05 Diperbarui: 29 Desember 2020   20:17 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku orang terasing..

Yang Seperti alas kaki yang terinjak..

Dan terus terinjak..

Bersabar dan terus bersabar..

Menerima kenyataan diri..

Menahan sayatan demi sayatan hujaman masalah yang bertubi-tubi..

Menusuk seperti jarum-jarum..

Menahan sakitnya tanpa bergeming dan mengembik..

Mengeluhpun menambah perihnya luka sayatan itu..

Jika itu lukisan takdir.. terus di terobos sampai ajal menjemput..

Tuk siap waspada walau ku yang hina dina ini..

Berlumuran kemiskinan...

Ludah bercampur dosa yang anyir..

Dari sebelah mata uang saja yang terlihat..

Hingga keringat terkuras habis oleh waktu..

Hingga air mata kehabisan peluhnya..

Tinggal perbedaan diri yang menerima kenyataan ini..

Hanya jalanMulah yang menuntunku

Hanya kesetiaankulah yang meneguhkan imanku tuk menggapaiMu..

Saat ku peras dalam buah kejujuran yang menyedihkan..

 Hanya sehat lahir dan batin yang terpanjat meski tak bergelimangan harta duniawi

 Hanya ribuan hujan yang bis membasuh sedihku,dengan sebungkus nasi,,

Saat ku sadari esok kumakan apa?

Saat Kau singgah di hatiku di masa pandemic ini..

Meski ku yang teringkir harus bangkit bersamaMu..

Meski ku harus jatuhdan bangun.. hancur dan terbentuk kembali..

Redup dan bersnar terang kembali dalam pelukan kehangatanmu..

Harus ku terima kembali kenyataan ini..

 Saat ku berjalan dan tersandung..

Tersadar masih dalam pelukanMu..

Hanya kau yang menolongku..

Lewat dewi malam dan sang menatri pagimu..

Menghangatkanku di siang hari..

Dari sujudku padaMu..

Saat kebulatan tekadku yang membakar bara dari bahan penyesalan, ketakberdayaan diri,kemalasan, keminderan diri sebagai alas kaki yang penguasa dunia yang sementara ..

Agar tak kau remehkan kembali

Dan ku harus bangkit dari keterpurukan diri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun