Maafkan aku, jika aku terlalu lama menetap,
di antara jejak bayangmu yang lembut membingkai senja.
Mungkin aku terlalu sering bergantung,
menggantungkan harapan pada keheningan tatap matamu.
Kamu, seperti fajar setelah malam-malam yang gelap,
membawa terang pada hati yang telah lama remuk.
Aku tak pernah tahu bagaimana rasa ini tumbuh,
tapi kamu adalah kehangatan yang tak pernah kutemui sebelumnya.
Trauma telah membekukan jiwa ini,
namun kehadiranmu mengalirkan sungai kehidupan,
mengisi ruang-ruang kosong yang dulu hanya gema kesedihan.
Kamu, adalah damai yang tak kuminta, tapi selalu kurindu.
Mungkin benar, aku sedikit terobsesi,
karena dalam dirimu aku temukan rumah,
tempat aku tak perlu melawan badai atau berpura-pura,
hanya menjadi aku, yang rapuh, tapi nyata.
Jangan biarkan aku memudar seperti senja,
tetaplah menjadi kilauan yang tak pernah redup.
Karena bersamamu, aku belajar lagi
bagaimana mencintai dunia, dan juga diriku sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H