Sejenak aku terdiam,
merenungkan kata-kata yang terlampiaskan secara sadar.
Semesta begitu berwarna,
memberiku pelajaran dalam setiap piasnya.
Pagi, dengan bilur-bilur cahayanya,
mengkristalkan semangat diri
untuk bangkit dari gelap yang pernah membelenggu,
menyulut nyala kecil
untuk meningkatkan kualitas hidup.
Siang, membakarku hingga merah,
memaksaku menghadapi panasnya perjuangan,
namun dari sana, aku belajar tegar,
seperti baja yang ditempa hingga kuat.
Senja, dengan jingga tua yang samar,
membawa luka lama ke permukaan,
mengajarkan bahwa setiap perih
adalah jejak perjalanan menuju kedewasaan.
Malam, dengan kelamnya yang dalam,
menggelapkan perih yang kupunya,
namun juga menjadi ruang
untuk merenung, melepaskan, dan mengampuni.
Dan mereka,
mereka yang memberiku warna hina di akhir kata,
tak lagi berarti,
sebab aku tahu,
bilur-bilur cahaya pagi
akan selalu ada untuk menyinari,
menghidupkan kembali mimpi-mimpi
yang sempat terkubur oleh gelapnya hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H