Aku mengumpulkan serpihan,
sepeser nilai belas kasihmu,
menyusunnya dalam hening
di atas peta hidup yang penuh ujian.
Seorang laki-laki,
dengan langkah yang dipaksa kuat,
membawa beban ekonomi
dan harapan keluarga di pundaknya.
Tekanan mental yang tak terlihat,
fisik yang terlihat tangguh,
namun percayalah, ia juga lelah.
Tak pernah ditanyakan apa yang dirasa,
tak ada ruang untuk mengeluh.
Hanya diam yang menjawab,
hanya kerja yang bicara.
Tapi hebatnya,
dalam gelap dan gemuruh badai,
ia tetap bangkit setiap pagi,
mengikat sepatu harapan,
dan pergi mencari nafkah,
seolah lelah itu tak pernah ada.
Serpihan-serpihan ini,
adalah doa yang terselip untuknya,
agar di tengah keheningan malam,
ada pelukan yang menghapus letih,
dan pengertian yang menjadi tempat ia pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H