Mencairkan Diri di Balik Topeng
Di junjung tinggi, pencitraan diri,
kerajinan, ketekunan, keuletan, ketelatenan,
seolah menjadi mahkota yang harus dikenakan.
Namun, di balik punggung tegap itu,
tersimpan lelah yang tak pernah diberi panggung.
Seorang laki-laki,
dihantam ujian ekonomi dan keluarga,
dituntut menjadi tiang yang tak boleh retak.
Di tengah tekanan mental dan fisiknya,
ia terlihat kuat,
meski hatinya sering ingin menyerah.
Percayalah,
ia juga lelah.
Namun, siapa yang bertanya
tentang apa yang ia rasakan?
Siapa yang menggali peluh yang terpendam,
atau mendengar jerit yang hanya bergaung dalam?
Tetapi hebatnya,
ia tetap bangkit,
mengayuh hidup,
menantang badai demi nafkah yang diharap cukup.
Ia tak butuh puja,
hanya sedikit pahami dirinya
dan peluk kekuatannya yang manusiawi.
Tetap rendah hati,
tetap sabar dan tenang,
sebab ia tahu,
segala yang berat ini pasti teratasi.
Di balik semua topeng yang ia pakai,
ada harap,
bahwa suatu hari, ia tak perlu pura-pura kuat lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H