Payung senja telah aku lepaskan,
bukan karena hujan telah reda,
melainkan karena aku ingin merasakan,
setiap derasnya tetes yang jatuh,
membasuh luka yang tak kasat mata.
Aku pergi,
ke malam yang tak pernah mengenal pagi,
hilang dalam bayang panggilan "sayang"
yang kini hanya gema tanpa arti.
Aku menyerah,
bukan pada cinta,
tapi pada penantian yang rapuh,
yang tak pernah menemukan tempat di hatimu.
Aku berhenti,
di jalan yang kau abaikan,
di hati yang tak pernah kau miliki sepenuhnya.
Setiap bulir hujan mengajarkan,
bahwa melepaskan payung tak seburuk dugaanku.
Tetesnya mengalirkan kejujuran,
menghapus penyesalan,
membawa aku pada damai yang lama hilang.
Hujan deras di sini,
mungkin sama seperti hatiku dulu,
tapi kini aku menyadari,
kadang basah oleh hujan lebih menyembuhkan
daripada berlindung dari apa yang seharusnya dirasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H