Mohon tunggu...
AGUNG CHRISTANTO
AGUNG CHRISTANTO Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

bukan siapa siapa dari nol kembali belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Payung Senja

24 November 2024   17:17 Diperbarui: 24 November 2024   17:18 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Payung senja telah aku lepaskan,
bukan karena hujan telah reda,
melainkan karena aku ingin merasakan,
setiap derasnya tetes yang jatuh,
membasuh luka yang tak kasat mata.

Aku pergi,
ke malam yang tak pernah mengenal pagi,
hilang dalam bayang panggilan "sayang"
yang kini hanya gema tanpa arti.

Aku menyerah,
bukan pada cinta,
tapi pada penantian yang rapuh,
yang tak pernah menemukan tempat di hatimu.

Aku berhenti,
di jalan yang kau abaikan,
di hati yang tak pernah kau miliki sepenuhnya.

Setiap bulir hujan mengajarkan,
bahwa melepaskan payung tak seburuk dugaanku.
Tetesnya mengalirkan kejujuran,
menghapus penyesalan,
membawa aku pada damai yang lama hilang.

Hujan deras di sini,
mungkin sama seperti hatiku dulu,
tapi kini aku menyadari,
kadang basah oleh hujan lebih menyembuhkan
daripada berlindung dari apa yang seharusnya dirasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun