Embun Pagi dan Penyesalan
Pagi datang, embun menari,
Hatiku resah, teringat masa lalu.
Penyesalan menusuk, bagai duri,
Ingin ku kembali, waktu ku putar.
Seandainya bisa, ku lipat waktu,
Ku rubah semua, jadi lebih baik.
Namun, waktu terus berjalan, tak peduli,
Hanya kenangan, yang tersimpan rapi.
Kopi pagi, hangatkan tubuhku,
Namun tak mampu, hilangkan kerinduan.
PadaNya, aku bersujud, memohon ampun,
Semoga dosa-dosa, terhapuskan.
Wong Urip Kuwi Tanpa Pawitan
Manusia hidup, tak pernah sempurna,
Selalu ada pilihan, di setiap langkah.
Bersyukur atas nikmat, atau meratapi,
Itulah hidup, penuh suka dan duka.
Dagang tuna andum bathi,
Jika untung, untuk siapa?
Jika rugi, apa yang dijual?
Hidup ini anugerah, tak perlu ditawar.
Kita hidup, bukan karena meminta,
Bukan karena mengemis, atau berutang.
Kita hidup, karena diberi kesempatan,
Untuk berbuat baik, dan menebar kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H