Sinar pagi menyelinap lembut, menembus kabut,
menyibak kelabu malam yang perlahan memudar.
Kembali kita pada keheningan yang sama,
tempat di mana ruang dan waktu tak lagi bermakna.
Di sini, dalam temaram yang abadi,
hanya ada jiwa yang saling terpaut erat.
Kau, yang mengikatku dengan cinta yang dalam,
juga kehilangan yang menusuk hingga tak terucap.
Kabut ini, saksi bisu dari cerita kita,
menjaga rahasia tangis dan tawa yang membekas.
Namun sinar pagi tetap hadir,
membawa hangat meski luka belum benar-benar pudar.
Untukmu, kekasih yang abadi dalam rinduku,
aku genggam keheningan ini dengan penuh syukur.
Karena di balik segala kehilangan dan perih,
tersimpan keabadian cinta yang tak pernah letih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H