Mohon tunggu...
AGUNG CHRISTANTO
AGUNG CHRISTANTO Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

bukan siapa siapa dari nol kembali belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

debu kenangan

2 November 2024   12:00 Diperbarui: 2 November 2024   12:55 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Debu Kenangan

Langkah terhenti, di ujung jalan sunyi,
Harapan sirna, mimpi jadi debu.
Jauh telah melangkah, namun harus mundur,
Meski hati merintih, pilu.

Doa yang terpendam, kini terkubur dalam,
Harus dibunuh, meski sulit menahan.
Ketulusan yang tertanam, layu dan pudar,
Dalam sunyi malam, hati terbelah.

Seperti debu yang tertiup angin,
Kenangan memudar, perlahan menghilang.
Jejak yang tertinggal, kini samar,
Hanya tinggal luka, yang terus menganga.

Meski pahit, harus ku terima,
Bahwa hidup tak selalu sesuai rencana.
Ada saatnya, kita harus rela,
Melepaskan yang kita cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun