Di negeri langit, Putri Awan bertakhta,
Cantik bak cahaya pagi, lembut seperti kabut,
Namun hatinya beku pada Sang Raja,
Yang tak dicintainya, meski duduk di singgasana megah.
Rakyat jelata mengorbankan nyawa dan mimpi,
Memetik ribuan bunga mentari untuk Sang Raja,
Menyusun harapan pada kelopak-kelopak indah,
Seperti punggung yang merindu sentuhan cinta.
Sang Raja bersuka, namun cinta tak jua tiba,
Putri Awan tetap hampa dalam tatapannya,
Hati yang dingin, tak bergetar pada kemegahan,
Karena cintanya tertahan, jauh dari istana gemerlap.
Namun, di antara mereka yang terabaikan,
Ada jiwa tulus dari rakyat jelata,
Yang berharap, yang bermimpi dengan setia,
Agar suatu hari, cinta sejati akan menuntunnya.
Semoga angin membawa harapan pada sang putri,
Membisikkannya di balik awan kelabu,
Bahwa cinta sejati tak butuh mahkota atau takhta,
Hanya hati yang bersedia mencinta dengan apa adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H