Saat ku menari di atas kertas,
bersama senja yang perlahan tenggelam,
langit merona jingga, mengisyaratkan pamitnya,
menyisakan jejak cahaya
yang akan segera dihapus malam.
Perlahan, bulan datang menggantikan,
mengambil alih ruang jagat yang sunyi,
bintang-bintang terjadwal rapi,
bersinar di kanvas hitam,
dalam harmoni yang disusun oleh alam.
Di tengah kesunyian ini,
aku menulis mimpi,
meski sering tak kulihat seluruh jalannya,
tapi aku melangkah,
satu langkah ke depan, meski terkadang dua ke belakang.
Namun, keyakinanlah yang membawaku,
seperti bintang yang terus muncul tepat waktu,
meski gelap,
aku takkan hilang arah,
akan terus menari,
mengukir harapan pada setiap lembar kertas,
berpegang teguh pada mimpi yang menyala.
Sebab, malam pun tak selamanya abadi,
dan tiap fajar adalah awal baru,
di mana langkahku akan menjadi lebih pasti,
menuju hariku yang penuh cahaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H