Menggali Jatidiri di Gelapnya Malam
Di gelapnya malam, aku menggali jatidiri,
merenungi diri dalam hening yang tak berbatas,
di sana, kutemukan kerendahan hati,
seperti bintang yang malu-malu menyapa,
namun bercahaya terang dalam diam.
Dalam gelapnya malam yang sunyi,
Aku merenung, menggali jatidiri,
Di antara bayang-bayang yang menari,
Mencari cahaya dalam kegelapan hati.
Kerendahan hati melahirkan kemurahan hati,
setiap detik yang kulewati menjadi pelajaran,
bahwa memberi tanpa pamrih,
adalah cahaya yang tak pernah padam,
menghangatkan jiwa-jiwa yang dingin.
Kerendahan hati adalah cahaya,
Yang menerangi jalan dalam kegelapan,
Dengan lembut mengajarkan arti berbagi,
Kemurahan hati tumbuh dari jiwa yang tulus.
Dan dari kemurahan hati, lahir sukacita,
bukan dari harta yang melimpah,
tapi dari hati yang merdeka,
bebas dari ego yang membelenggu,
meluapkan kebahagiaan yang sederhana,
namun begitu nyata dan tulus.
Dari kemurahan hati lahir sukacita,
Seperti embun pagi menyegarkan bumi,
Setiap senyuman dan uluran tangan,
Menjadi benih kebahagiaan yang abadi.
Di malam yang sunyi,
aku belajar menjadi manusia seutuhnya,
menggali jatidiri dalam kerendahan,
dan menemukan sukacita dalam cinta kasih yang murni.
Dalam kesunyian malam ini, aku belajar,
Bahwa jatidiri bukan hanya tentang diri sendiri,
Namun tentang bagaimana kita terhubung,
Dengan sesama dalam harmoni kehidupan.
Malam mungkin gelap dan penuh misteri,
Namun di dalamnya terdapat cahaya harapan,
Menggali jatidiri adalah perjalanan suci,
Menuju kerendahan hati dan sukacita sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H