Mengarungi Lautan Waktu
Di tepi lautan waktu yang tersisa,
aku berdiri, menatap ombak bergulung,
membawa kisah-kisah yang telah lewat,
dan pertanyaan tentang esok yang masih tersimpan.
Duhai hidup, pergulatan ini tak pernah mudah,
saat dunia menarik, memintaku menyesuaikan,
namun aku tahu, kita datang bukan untuk menetap,
hanya musafir di persinggahan fana.
Angin berbisik, jangan terlalu keras,
mengikuti ritme yang tak selalu milikmu.
Ada perjalanan panjang di depan,
bukan untuk meraih dunia, tapi untuk pulang.
Siapkan saja bekalmu,
dari setiap peluh, sabar, dan kasih yang kau titipkan,
di hati yang pernah kau sentuh dengan kebaikan,
itu yang akan menuntunmu, melintasi badai.
Usia yang tersisa,
seperti layar terkembang,
kita hanya perlu percaya,
bahwa pelabuhan terakhir menanti di balik cakrawala.
Bukan dunia yang harus kita genggam,
tapi jejak cinta yang kita tinggalkan,
dan bekal jiwa yang siap menghadapi perjalanan pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H