Semangkuk Kehangatan di Kala Hujan Rindu
Di tengah badai angin era digitalisasi,
ketika pesan-pesan berterbangan tanpa arah,
aku menanti---dengan semangkuk kehangatan,
di kala hujan rindu menyelimuti senja.
Hujan rindu, membasahi pipi, Semangkuk hangat, peluk kasih. Angin digital, menerpa diri, Cinta tetap abadi, takkan sirna.
Benih cinta bersemi, perlahan-lahan,
di antara layar yang tak pernah padam,
namun di sudut hening jiwaku,
aku hanya ingin menatapmu tanpa kata.
Senja tak lagi jingga seperti dulu,
namun di matamu, aku temukan hangatnya,
seperti semangkuk sup cinta,
mengalirkan damai di tengah hiruk pikuk waktu.
Era ini boleh saja menggila,
tapi dalam dekapan kita,
hujan rindu selalu menemukan tempatnya,
dan benih cinta terus tumbuh bersama senja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H