Secercah Mentari Meleburnya Asa
Aku menanam kata, menyiramnya dengan tinta,
Harapan tumbuh subur, bak bunga di taman.
Namun, puisi-puisiku, layu tak bercinta,
Hanya derita yang tumbuh, membiak di taman.
Luka menganga, hujan membasahi jiwa,
Senja menyelimuti, mimpi tak kunjung tiba.
Tubuh puisiku kurus, tak bernyawa,
Hanya gema kesedihan, yang terus bergema.
Harapan melarat, suara tak didengar,
Dalam kegelapan, mimpi tenggelam.
Musim berganti, membawa luka baru,
Suara hati terbungkam, tak pernah bersuara.
Aku menulis dan menulis, namun sia-sia,
Semua yang kucatat, tetaplah pucat.
Secercah mentari, tak kunjung menyinari,
Meleburnya asa, dalam kehampaan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H