Mohon tunggu...
AGUNG CHRISTANTO
AGUNG CHRISTANTO Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

bukan siapa siapa dari nol kembali belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rintihan Pengemis

26 Agustus 2024   06:06 Diperbarui: 26 Agustus 2024   06:08 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rintih Pengemis

Dalam selimut embun, tubuhku menggigil,
Di sudut jalan, hatiku merintih pilu.
Matahari belum menyapa, dunia masih tertidur,
Aku berdoa, di tengah dingin yang menusuk.

Tuhan, dengarlah rintihku yang sederhana,
Seorang pengemis, di tepi jalan raya.
Bukan emas perak yang ku pinta,
Hanya secercah harapan, untuk menjalani hari.

KasihMu bagai embun pagi, menyejukkan jiwa,
Kuharap Kau beri kekuatan, untukku bisa bertahan.
Dalam kesunyian malam, aku bermimpi indah,
Tentang hidup yang lebih baik, tanpa derita.

Meskipun tubuhku lemah, semangat tak pernah padam,
Aku percaya, Engkau akan selalu ada.
Menjadi cahaya, dalam kegelapan hidupku,
Memberi semangat, untuk terus melangkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun