Mohon tunggu...
AGUNG CHRISTANTO
AGUNG CHRISTANTO Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

bukan siapa siapa dari nol kembali belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Garam Bumi

22 Agustus 2024   07:11 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:26 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Garam Bumi

Di tengah riuh rendah dunia yang terpecah,
Ku genggam sebutir garam, murni dan suci.
Dalam diam ku bekerja, merajut kasih sayang,
Menjadi jembatan bagi hati yang terluka.

Diskriminasi merajalela, membelah persaudaraan,
Namun ku tetap berdiri, kokoh tak tergoyahkan.
Seperti garam yang meresap, ku hadirkan kedamaian,
Menghaluskan luka, menyatukan perbedaan.

Dalam kegelapan, ku jadikan diri pelita,
Menyinari jalan bagi yang tersesat.
Suara kecilku menggema, membela yang tertindas,
Mengajak semua bersatu, melupakan benci.

Ku tak mencari pujian, cukuplah menjadi garam,
Yang memberi rasa pada setiap hidangan.
Dalam keragaman, ku temukan keindahan,
Menjadi perekat yang kuat, menjaga persatuan.

Jadilah garam, sahabat, di manapun kau berada,
Terangi dunia dengan kasih dan cinta.
Lawan segala bentuk diskriminasi,
Bawa perubahan, jadikan dunia lebih indah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun