Mohon tunggu...
AGUNG CHRISTANTO
AGUNG CHRISTANTO Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

bukan siapa siapa dari nol kembali belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kedurai: Sebuah Persembahan

11 Agustus 2024   21:55 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:57 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedurai: Sebuah Persembahan

Di bawah naungan malam yang hening,
Terdengar nyanyian alam dari segenap penjuru,
Dukun berdiri di tengah lingkaran,
Mengucap mantra dalam bahasa leluhur.

Kedurai, persembahan sakral,
Sesajen tersusun rapi di altar alam,
Mengusir bayang-bayang yang tak kasat mata,
Mengembalikan ketenangan di hati yang bimbang.

Asap dupa melayang perlahan,
Menyentuh langit yang memeluk rembulan,
Doa-doa terucap tanpa suara,
Memohon pada yang tak terlihat namun terasa.

Kedurai bukan sekadar ritual,
Tapi jembatan antara dunia dan semesta,
Menghormati yang tak terucap dalam bahasa,
Menjalin harmoni antara yang hidup dan yang tak bernyawa.

Dalam keheningan malam yang syahdu,
Kedurai melantun bersama angin,
Menyatukan manusia dan alam semesta,
Dalam damai, dalam hening, dalam cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun