Aku, uang logam kecil, terinjak-injak tanpa ampun,
Melihat dunia dari bawah, dari celah-celah sela,
Aku iri pada uang kertas yang selalu disimpan rapi di dompet,
Dijaga dan dihargai, tak tersentuh debu jalan.
Tangan kerasku mencari di antara sampah,
Mencari sisa rezeki yang terselip di pojokan,
Keringat membasahi tubuhku, namun semangatku tak pernah padam,
Aku bermimpi suatu hari bisa membelikan makanan untuk anakku.
Di balik kelicikan dunia, aku berjuang tanpa henti,
Menyusuri tiap lorong, mengais sedikit harapan,
Meskipun kecil dan sering terlupakan,
Aku tetap punya peran, walau sekadar tambahan.
Sederhana namun bermakna,
Di antara kerut dan noda, aku tetap berharga,
Karena walau kecil, aku bisa menjadi besar,
Mewujudkan mimpi kecil untuk anakku tercinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H