Puisi: Antara Cemburu dan Setia
Di dalam relung jiwa, api cemburu berkobar,
Menyiksa hati, bagai luka yang tak kunjung sembuh.
Melihat bayangmu bersama yang lain,
Rasa posesif membakar, bagai api yang menghanguskan.
Apakah cemburu pertanda setia?
Ataukah hanya keraguan yang menjelma?
Di benakku berkecamuk pertanyaan,
Mencari jawaban di tengah kegelapan.
Semakin cemburu, semakin eratkah genggaman?
Ataukah justru mendorongmu menjauh, ke jurang keraguan?
Aku terombang-ambing dalam dilema,
Mencari makna di antara cinta dan nestapa.
Oh, hati yang rapuh, mengapa mudah terluka?
Terjebak dalam kecemburuan yang tak berujung.
Inginkah aku setia? Ataukah terjerumus dalam ilusi?
Hanya Engkau, ya Allah, yang tahu jawabannya.
Diriku berlindung dalam pelukan kasih-Mu,
Mencari ketenangan di lautan cinta-Mu.
Engkaulah yang mampu memahami segala rasa,
Bahkan ketika aku sendiri tak mengerti maknanya.
Hanya kepada-Mu aku berserah diri,
Mencari kedamaian di hati yang resah ini.
Biarkan cemburu menjadi pelajaran,
Untuk menguatkan cinta dan kesetiaan.
Dengan bimbingan-Mu, ya Allah,
Aku kan melangkah menuju jalan yang terang benderang.
Kesetiaan bukan tentang posesif dan cemburu,
Tetapi tentang ketulusan dan kepercayaan.
Mempercayai pasangan sepenuh hati,
Tanpa keraguan dan rasa curiga.
Hanya dengan cinta dan kasih yang sejati,
Kesetiaan dapat tumbuh dan bertunas.
Bersama-sama, kita lalui rintangan,
Menuju kebahagiaan yang abadi.