Agung Cahyo Pramono dan Sundahri
Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Korespondensi : sundahri.faperta@unej.ac.idÂ
Jamur ganoderma dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal batang terhadap tanaman kelapa sawit serta mampu menurunkan hasil yang drastis pada lahan kelapa sawit, menurunnya hasil dikarenakan matinya tanaman hingga setengah dari total populasi (Priwiratama dan Susanto, 2020). Penyakit BPB tidak mudah diidentifikasi karena pertumbuhan jamur yang lambat serta jika hanya dilihat menggunakan mata tidak ada perbedaan antara tanaman yang terkena penyakit maupun yang tidak terkena penyakit. Identifikasi baru dapat dilakukan dengan mudah apabila tanaman kelapa sawit sudah dewasa dan jamur telah tumbuh yang mengakibatkan sulitnya mengendalikan penyakit ini (Asyari dan Mutawally, 2019). Banyak upaya yang telah dilakukan mulai dari pengendalian menggunakan bahan kimia sampai pemusnahan tanaman yang mati karena terkena jamur ganoderma, namun seringkali tidak efektif (Dahang dkk., 2021). Permasalahan tersebut yang mendorong dibutuhkannya pengembangan yang lebih lanjut terkait penanganan jamur ganoderma yang dapat membantu meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bibit yang tahan terhadap serangan ganoderma dan juga dibutuhkan agen pengendali biologi untuk mencegah penyebaran jamur Ganoderma (Priwiratama dan Susanto, 2020; Dahang dkk., 2021).Â
Busuk pangkal batang yang terjadi pada tanaman TBM umumnya akan mengalami perubahan pada daun yang ujungnya menyerupai tombak dan diikuti dengan menguningnya tajuk tanaman secara menyeluruh, pada fase ini dampak yang dihasilkan menyerupai tanaman yang kekurangan unsur hara N akan tetapi jika dibiarkan daun tanaman akan mengering secara serentak pada seluruh bagian daun. Tajuk tanaman yang menguning dan mengering menandakan jika bonggol telah dalam keadaan busuk dan akan menghambat penyerapan air dan nutrisi yang berujung pada kematian tanaman. Tanaman yang telah mati biasanya akan dihinggapi oleh rayap yang ditandai dengan adanya lubang-lubang pada sekitar bagian bonggol tanaman yang telah mati (Priwiratama dan Susanto, 2020).
Upaya pengembangan varietas tahan ganoderma yang dilaksanakan antara lain menciptakan dua varietas tahan ganoderma dalam jangka waktu yang dekat yang diharapkan dapat mengurangi dampak serangan dari jamur ganoderma dan membantu meningkatkan hasil produksi. Upaya tersebut kemudian dilanjutkan dengan pengendalian lain dan dilaksanakan dari pengolahan tanah sampai pemilihan metode penanaman ulang. Pemilihan metode penanaman yang sering dilakukan hanya dengan menumbangkan dan memotong tanaman dengan lubang tanam (60x60x40cm) dapat memberikan pengaruh yang menyebabkan jamur ganoderma menginfeksi tanaman sawit belum menghasilkan (Priwiratama dan Susanto, 2020).Â
Upaya pengendalian infeksi Ganoderma menggunakan agen pengendali biologi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan karena merupakan upaya yang sangat efektif, efisien, tidak mencemari lingkungan, serta dapat dilakukan secara terus-menerus. Agen pengendali biologi untuk menahan serangan dari ganoderma bergantung pada jumlah metabolit sekunder pada saat diaplikasikan (Nurjannah dkk., 2021). Â Agen pengendali biologi yang biasa digunakan dalam pencegahan Ganoderma adalah jamur endotifik hendersonia sp. yang terdapat pada suatu produk pupuk organik GanoEF.Â