Mohon tunggu...
Agung Budi Setyawan
Agung Budi Setyawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

-- Warga Dunia -- boleh di-follow : @agunkbud

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tirulah Tukang Parkir

23 Juli 2013   22:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:08 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tirulah Tukang Parkir

1.Priit Priit Priit, Hop, hop, hop, atret thithik (mundur dikit ,ind) bales kanan, oke lurus, prei poll..Stop.

2.Walah, wong sepeda e kethok ae athek ditarikkarcis parkir boss,, (gumam kita dalam hati)

Mungkin itu adalah sebagian dua kecil contoh bagaimana pak parkir sedang beraksi di wilayah “buruannya”. Di tiap aspek kehidupan kita saat ini tak lepas dari apa yang namanya pak parkir, juru parkir, tukang parkir atau apalah namanya,, pokoknya orang yang kerjanya memarkirkan, menjaga dan merawat kendaraan yang kita parkirkan.” Wih berlebihan”. Adakalanya kita merasa terbantu, atau juga malah merasa terganggu dengan adanya pak parkir ini. Kenapa?

Merasa terbantu jika memang pak parkir ini melayani sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku, atau gampangnya gak neko-neko lah, tarif dan layanan sesuai standar dan masuk akal. Maksudnya masuk akal?? Nah itu termasuk kita yang merasa terganggu. Merasa Terganggu jika pak parkir ini melayani dengan prinsip mumpung-mumpungan, atau istilahnya parkir gak masuk akal. Contoh?? Misal suatu saat kita beli sesuatu di suatu toko dengan membawa suatu kendaraan dan kita tidak menyangka sesuatu apa yang akan terjadi. Opo iku?? Jawabnya yakni tukang parkir dadakan, yangmuncul tiba-tiba dari balik kegelapan dan mengejutkan kita dengan tiba-tiba menarik tarif parkir. Padahal sudah jelas dari sebuah toko tadi kita bisa mengawasi kendaraan kita dengan baik. Tanpa ditukang parkiri pun kita bisa menjaganya sendiri. Tapi ya wes bagimane lagi,, gak papa lah, itung itung amal. L

Namun terlepas dari itu semua, kita pantas meniru nilai kehidupan dari tukang parkir ini, bagaimana tidak. Jika dianalogikan dengan kehidupan, maka taruhlah tukang parkir ini sebagai diri contoh seorang manusia, dan kendaraan yang diparkirkan sebagai harta (yang memang) titipan dari tuhan.

Pernahkah kita menyangsikan, seorang tukang parkir yang malah bersedih jika kendaraan yang dititipkan kepadanya diambil si empunya?. Jelas sekali tak ada. Tukang parkir malah sumringah dan senang kalau si pemilik kendaraan mengambilnya kembali, tukang parkir tak sedih.

Itu salah satunilai yang patut kita contoh. Dalam hidup ini, seorang manusia yang berharta, bertahta atau berpunya, ataupun berwanita berapapun itu, banyak atau sedikit, tak seharusnya merasa apa yang dipunyainya sebagai miliknya sendiri, melainkan hanya sebuah titipan dari sang pemilik sebenarnya, yakni Tuhan. Pun pantas rasanya jika kita tidak bersedih jika harta kita diambil (dalam hal ini sedekah atau hal lain yang memang dianjurkan agama). Karena apapun yang ada pada kita saat ini,,, suatu saat, entah cepat atau lambat, pasti akan diambil lagi oleh si pemilik aslinya.

Semoga dengan sedikit tulisan tak berbobot ini bisa mengubah skeptisme kita terhadap tukang parkir.

Terima kasih, Matursembah nuwun sedoyo

@agunkbud

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun