Mohon tunggu...
Agung Buana
Agung Buana Mohon Tunggu... -

Menulis apa yang ada dipikiran, jika tidak sepakat, mari bediskusi, saya sangat menerima diskusi karena itu mencerdaskan dan melahirkan ide baru

Selanjutnya

Tutup

Money

Harga BBM Naik, Pantaskah?

19 November 2014   20:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Akhir-akhir ini hangat dengan isu kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi (premium). Harga premium yang awalnya sebesar Rp 6500/liter, mulai selasa (18 november 2014) pukul 00.00 mulai aktif harga baru, sebesar Rp 8500/liter (naik sebesar Rp 2000 atau 30%). Naiknya harga BBM bukan barang baru bagi republik ini, hampir semua presiden yang menjabat, mau tidak mau pasti melakukan kebijakan ini seiring dengan terbatasnya produksi minyak dalam negeri. Kecuali presiden Habibie yang menurunkan harga pada saat ia menjabat. Kenaikan harga ini memicu inflasi dan berdampak naiknya harga-harga komoditas perdagangan yang lain seperti bahan pangan dan bahan industri.

Hal ini menilisik keingintahuan penulis untuk iseng mengetahui sebenernya berapa harga BBM sebenarnya kalau berdasarkan rupiah. Berdasarkan data terbaru, harga minyak dunia saat ini sedang turun, sebesar US$ 75 - US$ 80 per barrel. Satu barrel sama dengan 158,9 liter (159 liter). Dengan asumsi nilai terendah (US$ 75/barrel) hal ini berarti harga satu liter bensin seharga US$ 0,472 atau sebesar Rp 5728 per liter atau sebesar Rp 6104 per liter (asumsi tertinggi US$ 80/barrel) - kurs dollar amerika terhadap rupiah per 19 november 2014 : US$ 1 = Rp 12.135 -

Nilai Rp 5728 atau Rp 6104 per liter tersebut tentu masih lebih murah dari harga sebelum naik (Rp 6500). Lalu apakah berarti sebenarnya pemerintah untung? Jawabannya tidak. Justru pertamina (sebagai pemegang otoritas migas di Indonesia dibawah SKK Migas) mengalami kerugian. Kerugian mencapai ratusan triliun rupiah, wow! Hal ini dikarenakan jumlah produksi dalam negeri yang tidak mencukupi kebutuhan nasional, maka harus melakukan impor minyak. Disinilah letak mahalnya nilai minyak di negeri ini, impor! Masih lebih baik kalau proses impornya bersih, namun kenyataannya masih banyak oknum yang bermain sehingga harganya meroket. Hal ini lah yang membuat negara terus merugi dan terbebani karena harus memberikan subsidi dengan uang negara.

Belum lagi jika kita melihat proses industri migas. Industri migas merupakan usaha yang padat modal, padat karya dan juga padat risiko. Setiap hari para pekerja migas berkelut dengan risiko luar biasa yang bisa kapan saja merenggut keselamatan jiwanya. Untuk mengelola bahaya dan risiko tersebut, maka bertambah lagi beban keuangan para pelaku sektor migas. Berdasarkan informasi dari teman dan senior yang bekerja di industri migas, memang sangat sulit proses mengolah minyak dari mentah sampai menjadi BBM yang kita pakai sehari-hari, jadi wajar saja jika harganya memang mahal. selain itu masih banyak lagi hal-hal yang sesungguhnya 'diwajarkan' jika harga minyak tinggi.

Lalu apakah hal itu berarti kita bisa setuju begitu saja harga naik? Tentu tidak. Para ahli diluar sana, dari semua sektor, sedang berusaha melakukan yang terbaik untuk mengatasi ekses negatif akibat naiknya harga BBM. Apa yang dapat kita lakukan? Hal yang paling sederhana adalah berhemat energi. Gunakan transportasi publik, gunakan sepeda, matikan peralatan elektronik yang tidak digunakan. Jika anda punya kebiasan seperti merokok, minum-minum, balapan liar atau shopping, kurangi atau bahkan kalau bisa tinggalkan. Hal yang muluk, awasi program-program yang disebut pemerintah sebagai pengalihan subsidi, jangan sampai disalahgunakan.

Bagi mereka yang masih menolak kenaikan harga, tentu mereka juga tidak salah. Mereka memperjuangkan keadaan masyarakat yang memang belum saatnya merasakan harga minyak yang sedemikian tinggi. Namun ada baiknya kritik yang dilakukan secara santun, tak anarkis. Hal-hal negatif seperti itu justru merusak esensi/pesan yang ingin disampaikan.

Semangat! Demi masa depan yang lebih baik!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun