Mohon tunggu...
Agung Buana
Agung Buana Mohon Tunggu... -

Menulis apa yang ada dipikiran, jika tidak sepakat, mari bediskusi, saya sangat menerima diskusi karena itu mencerdaskan dan melahirkan ide baru

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Indonesia: Tim Medioker Asia Tenggara

27 November 2014   05:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:44 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Masih teringat mimpi-mimpi untuk menjadikan Indonesia kembali menjadi tim macan asia saat AFF 2010 yang berakhir cukup manis. Setelah itu sejarah berkata lain, kekalahan demi kekalahan terus menghiasi hasil pertandingan Timnas Indonesia. Bahkan yang paling memalukan kekalahan terbesar seanjang sejarah timnas, 10-0 takluk dari Bahrain pada ajang kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Banyak pihak mengatakan hal tersebut tidak lain dan tidak bukan penyebabnya adalah dualisme organisasi induk sepakbola nasional, PSSI. Namun itu cerita dulu, 2 tahun yang lalu. Ketika dualisme dan mimpi buruk telah berakhir, harapan yang sama kembali muncul. Dimulai dari Timnas U-19 yang berprestasi di tingkat Asean. Namun apa daya, hanya sampai disitu prestasi Indonesia saat ini.

Kini Publik sepakbola tanah air kembali harus menahan malu. Dimulai dari Tim Garuda Jaya -julukan untuk timnas u-19 - yang babak belur tanpa poin di Piala Asia U-19 Myanmar 2014, kemudian kekalahan 6-0 Timnas U-23 dari Thailand di ajang Asian Games Incheon 2014, dan yang terbaru kekalahan Timnas Senior 4-0 dari Filipina di Piala AFF 2014. Ya, Filipina, tim yang selama 56 tahun terakhir tidak pernah mampu mengalahkan Indonesia. PSSI hanya bisa meminta maaf, selalu begitu pada setiap ajang. Mereka tidak pernah berpikir pada bagian mana saja yang harus diperbaiki demi kemaslahatan dan mimpi bersama untuk menjadi macan asia.

Sejujurnya, hasil pertandingan hanyalah cerminan, dan tidak begitu dipermaslahkan. Karena semua orang tahu, bola itu bundar, apapun dapat terjadi dalam sepakbola. Namun ketika kita melihat permainan Timnas, terutama yang senior, maka semua orang akan geleng-geleng kepala. Permainan Timnas senior sangat buntu, miskin kreasi, dan tak berpola. Hasil akan sejalan dengan proses, maka jangan berharap banyak melihat hasil bagus ketika proses permainan saja tak berkembang.

Jika kita bandingkan dengan level Asia Tenggara, Indonesia hanya tim medioker yang sulit untuk dapat bersaing. Hal ini adalah ancaman dan lampu kuning bagi kiprah Timnas Indonesia di persepakbolaan dunia.

Berikut gambaran keadaan sepakbola Asia Tenggara: Pertama, kita harus melihat bagaimana perkembangan sepakbola Filipina dan Myanmar yang sangat cepat, mereka sedeng merintis jalan untuk menjadi kekuatan baru Asia. Bisa jadi tempat otomatis lolos Indonesia di Piala AFF sebentar lagi akan diambil oleh Myanmar. Kedua, Thailand dan Singapura sudah berhasil menemukan kembali kualitas permainan mereka yang juga sempat hilang. Ketiga, Malaysia dan Vietnam yang sedang menurun kualitasnya namun tetap lebih bagus dari Indonesia, karena mereka melakukan pembenahan. Boleh dibilang saat ini Indonesia hanya mampu bersaing dengan Laos, Kamboja, Brunei dan Timor Leste; sungguh menyedihkan.

Mungkin dulu kita bisa bilang "Singapura pemainnya naturalisasi semua" atau sekarang "Filipina Pemainnya naturalisasi semua". Namun kita harus sadar, mereka adalah negara yang sepakbola bukan olahraga yang menjadi favorit seperti di Indonesia. Coba lihat skuad Singapura sekarang, hampir semuanya pemain pribumi, namun mereka tetap bisa bermain cantik dan elegan -untuk level Asia Tenggara-. Filipina adalah negara yang tidak memiliki sejarah dalam sepakbola, oleh karena itu untuk proses pendewasaannya mereka meminjam pemain naturalisasi keturunan Filipina untuk bermain di Timnas mereka. Saat ini pun Indonesia juga sudah mengikuti jejak-jejak itu, sebut saja nama Christian Gonzales, Raphael Maitimo, Irfan Bachdim, Victor Igbonefo dan masih banyak lagi, apakah sudah berprestasi? Belum, karena 'Kedewasaan' kita hilang akibat hal-hal yang sebenernya bukan urusan sepakbola.

Ada 5 hal yang menurut penulis harus dibenahi saat ini juga demi keberlangsungan sepakbola nasional yang bermuara pada prestasi Timnas. Hal-hal adalah sebagai berikut:

1. Benahi organisasi PSSI dan Hentikan politisasi sepakbola.
PSSI saat ini sangat kental dengan orang-orang yang tidak berniatan pada sepakbola, dan hanya bertujuan untuk menjadikan sepakbola sebagai alat politik meraih popularitas pribadi. Gantikan orang-orang itu dengan mereka yang mengerti sepakbola dan punya visi-misi sepakbola.

2. Hentikan eksploitasi atlet berlebihan oleh media.
Hal ini merupakan fenomena yang membuat tim garuda jaya menjadi kehilangan kualitasnya. Sama seperti Timnas AFF 2010. Pemberitaan memang diperlukan untuk meraup dukungan publik, serta penggunaan atlet sebagai media promosi produk juga hal yang sah-sah saja di era indutrialisasi sepakbola saat ini, namun jika berlebihan akan mengganggu prioritas dan fokus pemain yang berujung menurunnnya kualitas si pemain. Oleh karena itu, harus ada kontrol dari pihak manajerial Timnas terkait kedisipilinan pemain terkait hal ini.

3. Bangun kompetisi yang kompetitif disetiap Level.
Kompetisi yang ada saat ini sudah cukup bagus, namun hanya untuk kasta teratas (liga super), namun untuk level-level dibawahnya bagaikan tarkam. Untuk itu, bangun kompetisi yang punya kualitas kompetitif yang sama ditiap levelnya, pengelolaan klub yang baik dan profesional, pencarian bakat-bakat muda dan pendaan kompetisi yang mandiri (sponsor) dan berkompetisi secara reguler dengan jadwal yang rapih.

4. Pembinaan usia muda.
Sepakbola bisa saja memang dari bakat, namun tidak salah juga jika kita mendidik mereka yang berminat untuk mahir memaikan si kulit bundar ini. Pendidikan dapat berupa sekolah sepakbola yang tersertifikasi, berkompetisi secara reguler, dibangun jenjang umur mulai dari U-8, U-10, U-14, U-16, U-18 dan U-21. Hal ini dapat diakomodasi oleh akademi klub ataupun sekolah sepakbola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun