Mohon tunggu...
Agung Kuswantoro
Agung Kuswantoro Mohon Tunggu... Administrasi - UNNES

Pengin istiqomah dan ingin menjadikan menulis menjadi kebiasaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jadi Pengusaha Melalui Iman

15 Januari 2015   06:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:07 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa hari ini saya membaca buku semua bisa jadi pengusaha, karangan Ustad Yusuf Mansur. Buku dengan 336 halaman, terbagi menjadi lima bab, yaitu modal dasar pengusaha, prinsip pengusaha, penghalang rejeki, leverage, dan quantum changing.
Menurut saya, buku tersebut merupakan ulasan dari tayangan wisata hati yang pernah tayang di antv. Di mana, tiap episode mengkaji sebagaimana bab di atas. Dalam buku tersebut, hampir mirip, bahkan mirip dengan penjelasan Ustad Yusuf saat di layar televisi. Hal ini menjadikan saya, mengingat akan materi yang pernah beliau ajarkan melalui tv dan mengulanginya dengan cara membaca buku tersebut. Menurut saya, hal tersebut tidak masalah, malah tambah memahami dengan versi buku.
Kesan yang saya dapatkan membaca buku tersebut adalah menjadi pengusaha, ternyata tidak membutuhkan banyak modal. Ustad Yusuf menekankan pada iman dan berbuat baik. Iman dalam hal ini menekankan, bahwa Allah-lah yang memberikan rizki terhadap makhluk-Nya. Dia menciptakan segala macam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun, kadang manusia tidak memperhatikan akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang diberikan kepada kita. Kita cuek dengan segala yang berjalan dengan rutin. Misal, bernafas. Jika dihitung, maka seharusnya kita membayar oksigen kepada Allah yang telah menciptakan oksigen. Tetapi, Allah memberikan free kepada manusia, tanpa memperhatikan agama orang yang mengirupnya.
Sebenarnya, kita harus malu kepada Allah yang telah memberikan segalanya untuk kita. Hal ini, dikarenakan otak kita tidak sampai pada pemikiran akan hal tersebut. Sama halnya, dengan masalah rizki kadang kita tidak yakin, bahwa Allah telah menghamparkan rezki pada kita. Tugas kita adalah menjemputnya. Menurut pandangan Ustad Yusuf Mansar, bahwa tugas kita yaitu beribadah pada Allah terlebih dahulu menjemput rizki, dengan cara sholat dhuha, tahajud, dzikir, sholawat, bertasbih, tahmid, tahlil, puasa sunah, dan lainnya. Beliau mengatakan Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Maksudnya adalah Allah yang harus ditemui terlebih dahulu, baik sebelum, saat, dan sesudah dalam beraktivitas. Maknanya, selalu ada Allah dalam pekerjaan kita. Allah selalu hadir dalam kebidupan kita.
Hal yang menjadikan saya ingin mengikuti dari jejak Ustad Yusuf Mansur adalah kepercayaan dirinya pada yang dilakukannya. Setiap pemikirannya, banyak yang terkabulkan oleh Allah. Dia menekankan dalam hidupnya, yaitu jalani yang wajib dan hidupkan yang sunah. Dengan cara seperti itu, maka Allah akan mempermudah langkah hambanya dalam mencari rizki.
Saat bekerja, jangan pekerjaan yang didahulukan, tapi Allah yang diutamakan. Misal, saat jam 12.00 ada rapat, maka harusnya kita meeting dulu dengan Allah dengan sholat dhuhur. Akibatnya, kita melupakan pada Dzat Pemberi Rezki. Padahal waktu itu, Dia datang untuk mendengarkan hambanya yang berdoa. Tetapi, kita lebih mengutamakan yang lainnya.
Ternyata, simpel sekali dalam pandangan beliau jika kita ingin jadi pengusaha. Bahkan, jika perlu kita semua menjadi pengusaha. Mengapa? Jika kita menjadi pengusaha, maka akan ibadah akan bertambah banyak. Hal ini dikarenakan orang yang mengikuti jejak kita juga ikut ibadah. Misal, saat kita jadi pimpinan perusahaan. Dan, kita membuat aturan yaitu sebelum bekerja ada presensi dhuha sebanyak empat rokaat. Karena hal tersebut sebagai aturan, maka semua karyawan akan sholat presensi dhuha minimal empat rokaat.
Salah satu modal yang ampuh menurut beliau adalah doa. Doa menjadi senjata yang utama, karena didalam doa ada sebuah keyakinan akan dikabulkannya permintaan tersebut. Namun, kadang kita tidak menyakini dari setiap ucapan yang kita lafalkan saat doa. Jadi, sebenarnya dalam diri kita (hati) belum mantap dalam menyakini akan sebuah makna doa. Padahal Allah mengatakan setiap doa akan dikabulkan, dengan syarat memenuhi perintah Allah dan beriman.
Prinsip menjadi pengusaha meliputi keyakinan kepada Allah, minta ampun kepadaNya, perlindungan dari api neraka, kesabaran, kebenaran, taat, dan sedekah. Dari ketujuh prinsip tersebut, sangat jelas bahwa prinsip yang ditawarkan oleh ustad Yusuf Mansur bersifat batin, bukan lahir. Atau, bersifat hati, bukan bersifat akal. Sebenarnya, bukan kepandaian otak yang menjadi sumber utama dalam prinsip seorang pengusaha, melainkan ketenangan hati yang menjadi sumber yang menentukan. Materi bukan segala-galanya. Namun,  inmateri memegang peranan penting bagi pengusaha.
Ingin menjadi pengusaha juga harus menghindari perbuatan dosa. Karena, Allah tidak rela rizkinya diberikan kepada orang yang maksiat. Jika pun ada orang maksiat mendapatkan kekayaan, maka akan diuji atau tidak kekal akan kekayaannya, sehingga Allah memberikan hikmah kepadanya. Kita sering melihat orang yang biasa saja dengan ibadah yang rajin kepada Allah. Alhamdulillah, Allah memberikan rizki kepada dia berupa kesehatan. Namun, belum tentu orang yang serba tercukupi, namun memiliki gangguan pada fisiknya atau sakit yang kronis. Itu semua, Allah yang mengaturnya.
Saya sebagai pengajar menjadi tertarik untuk menjadi pengusaha di bidang pendidikan. Sederhananya, saya ingin memiliki madrasah diniah. Saya dulu menyebutnya sekolah arab. Mengapa saya ingin mendirikannya? Karena di lingkungan saya tidak ada sekolah arab. Sekolah Dasar (SD) banyak, namun tidak ada satupun sekolah arab di lingkungan saya. Terlebih, saya memiliki anak yang sekarang berusia tujuh belas bulan. Kelak, dia akan belajar mengaji di mana, jika di lingkungan sekitar saja tidak ada?
Dasar itulah yang menjadikan saya ingin memiliki sekolah madarah. Dengan bekal materi Ustad Yusuf Mansur, mudah-mudahan bisa mewujudkannya. Secara materi, saya tidak memiliki tanah yang luas, uang yang menumpuk, perhiasan yang mengkilat, atau mobil yang memanjang. Namun, cukup dengan pendekatan iman dan amal baik mudah-mudahan bisa mengatarkan menjadi pengusaha di bidang pendidikan. Hal ini, semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Semoga kita menjadi hamba yang selalu dekat denganNya. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun