Mohon tunggu...
Agung Kuswantoro
Agung Kuswantoro Mohon Tunggu... Administrasi - UNNES

Pengin istiqomah dan ingin menjadikan menulis menjadi kebiasaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alif hingga Dzal

13 Desember 2018   04:56 Diperbarui: 13 Desember 2018   05:11 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alif Hingga Dzal
Oleh Agung Kuswantoro

Kelas yang harus mendapatkan perhatian adalah kelas C. Mengapa? Santrinya kemampuannya berbeda-beda dan kehadiran mereka (santri) tak menentu.

Masalah kemampuan berbeda-beda dikarenakan faktor usia yang berbeda pula. Ada yang SD kelas 2, 3, 4 dan SMP kelas 3.

Pembagian kelas yang kita lakukan berdasarkan kemampuan mereka dalam menerima informasi (baca: ilmu). Jadi, pembagian kelas, bukan karena usia.

Selain faktor di atas, kendala pada kelas C adalah fluktuatif (naik-turun) jumlah kehadiran mereka. Ada yang hampir 8 pertemuan tidak masuk, tiba-tiba masuk. Ada yang empat kali, tidak masuk, tiba-tiba masuk.

Dampak ini, berpengaruh pada kemampuan mereka dalam mendapatkan ilmu. Seperti sekarang. Saat ujian, materi yang disampaikan oleh Ustad, sudah sampai pada makhroj huruf Alif hingga Ya. Namun, dalam praktiknya, menyebutkan makroj Alif hingga Dzal saja, mereka kesusahan.

Saya mencoba meminta tolong buku tulis mereka sendiri. Mereka membuka materi yang telah diajarkan mengenai makhroj. Ditemukan, diantara mereka ada yang lengkap sekali catatannya. Namun, ada yang tidak lengkap. Dan, ada yang sama sekali kosong.

Yang lengkap, mereka lancar mengucapkan makhroj. Yang tidak lengkap, mereka kesusahan mempelajarinya. Contoh, Alif dibaca Alep. Ta dibaca Tak. Tsa dibaca Sa. Jelas sekali, tidak ada bedanya antara Tsa dan Sa. Oleh karena, ujian Tajwid yang seharusnya pelafalan makhroj Alif hingga Ya selama 45 menit, namun kita hanya belajar makhroj sejumlah 7 huruf hijaiyyah tersebut.

Senang rasanya saya bisa mendampingin mereka belajar bersama. Yang kami butuhkan, benar dulu dalam mengucapkan. Bukan, hafalannya.

Yuk, buka ilmu Allah agar kita menjadi hamba yang beriman. Semangati anak-anak kita untuk belajar. Jangan sampai tidak berangkat mengajinya, karena ia akan ketinggalan materi.

Semarang, 10 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun