Mohon tunggu...
Agung Kuswantoro
Agung Kuswantoro Mohon Tunggu... Administrasi - UNNES

Pengin istiqomah dan ingin menjadikan menulis menjadi kebiasaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kata Pengatar Tak Sekedar Mengantar

20 Desember 2016   10:42 Diperbarui: 20 Desember 2016   10:51 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Setelah Membaca Kata Pengantar Buku Quantum Writing

Judul diataslah yang menjadi kesan saat menghayati tulisan pak Hernowo pada bagian catatan baru editor dan pengantar editor di buku Quantum Wrinting. Dalam banget maknanya. Itu baru membaca halaman isinya. Belum pada isinya. Kemudian, saya menjelajahi bagian daftar isi. Kesannya adalah terkonsep. Pikiran pak Hernowo sudah mempetakan arah dari buku yang akan dibaca atau digagasnya.

Catatan editor. Betul-betul dari sang editor menuliskannya. Berasa sekali saya membacanya. Pak Hernowo membawa saya agar menulis harus mengenali diri sendiri dan menemukan diri kita sendiri. Jangan sampai menulis yang bukan gue banget. Pak Hernowo memberi contoh Natalie agar menulis mengalir bebas. Teruslah mengalir dan jangan berpikir. Pesan itu yang disampaikan. Jadi menulislah seperti aliran air yang terus mengalir.

Masuk pada pengantar. Pak Hernowo menyajikan kepada saya berupa kalimat motivasi pada halaman khusus warna hijau. Di dalam halaman-halaman tersebut tertulis kalimat motivasi seperti membaca dan menulis adalah salah satu bentuk interaksi dalam proses belajar. Selain itu, saya menemukan tokoh-tokoh baru yang berkaitan dengan tema tulisannya. Mengkorelasikan antara tema dengan tokoh, kemudian mengkajinya menurut saya bukanlah hal yang mudah.

Ya, itu tokoh yang berkaitan dengan tema tulisan. Bagaimana kalau itu tidak sama persis, namun bisa menggabungkan tokoh tersebut dari buku Stephanie Merritt. Maknanya pak Hernowo kaya raya dalam bacaan. Kemudian “memasak” nya dengan tulisan ala beliau dengan bahasa khasnya. Jero dan mudah dipahami.

Kesannya, saya masih garing bacaan. Melihat literatur pak Hernowo, terasa saya harus berlatih dan terampil membacanya terhadap literatur berbobot perlu didalami. Biasanya saya bersumber pada bagian yang relevan. Miskin teori dan tokohnya. Inilah yang harus saya dalami.

Pak Hernowo mengajarkan kepada saya dalam membuat kata pengantar, bukan sekedar mengantarkan, melainkan filosofi kuat dari buku tersebut. Disinilah kekuatan kata pengantar. Kata pengantar dalam buku tersebut tidak cukup satu halaman, namun ada 8 halaman dengan dua halaman. Kalimat motivasi, jadi total 10 halaman. Keren! Baru membaca kata pengantar saja sudah 10 halaman dengan isi yang berbobot. Apalagi membaca per bab bukunya. Wow, hebat. Terasa saya harus filosofi atau kerangka berpikir dulu, besok kalau menyusun kata pengantar di buku yang akan saya tulis.

Terima kasih pak Hernowo sudah memberikan saya ilmu menulis kata pengantar dengan baik. Jarang saya membaca pengantar buku sedalam pengantar ini. Biasanya sekedar mengenalkan per bab saja. Namun dalam kata pengantar buku ini, lebih lengkap karena terdapat beberapa konsep teori, data, dan contohnya. Semoga saya bisa menulis kata pengantar yang lebih baik di buku saya selanjutnya. Sukses selalu untuk pak Hernowo dan kita semua. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun