Walaupun duit lagi diiris-iris buat budget belakangan ini, tim animasi Netflix tetep bikin karya-karya seru yang bikin penasaran. Kalau ini dilepas di bioskop, mungkin aja bisa ngambil sebagian perhatian yang biasanya cuman nyambung ke produksi Disney dan Pixar yang belakangan ini kurang greget. Tapi, jujur, ini nggak seterkenal dan aneh kaya judul gede Netflix yang kemaren, "Pinocchio" yang bikin Guillermo del Toro dapet Oscar.
Karya terbaru ini sebenernya adaptasi dari cerita panjang "Journey to the West," novel China dari abad ke-16 yang katanya dari penulis Wu Cheng'en. Nah, ceritanya ini energetik banget dan ada beberapa hal lucu yang nempel di sela-sela, kayak penampilan suara kocak Bowen Yang sebagai Dragon King, si tokoh jahat yang manja.
Nah, dia juga diberi kesempatan buat nyanyiin nomor musik terbaik dalam film ini. (Dia nggak mau kalah dengan cara ngancurin dunia sebagai balas dendam karena dulu diejek punya kulit kering yang cuma bisa sembuh kalo hidup jadi binatang amfibi. Dia nyanyi: "Setelah itu nyadar kalo gak ada yang aneh pake kulit lembap. Kayaknya ini jadi lagu yang cocok buat cowok yang peduli penampilan.)
Tapi sayangnya, Dragon King cuma muncul kadang-kadang aja, soalnya pemeran utamanya si Monkey (Jimmy O Yang) ini jauh lebih kurang menarik. Dia sok yakin diri banget, lahir dari batu, dan punya gangguan kepribadian yang bikin dia narasistik. Nah, si Monkey ini nyolong tongkat serba guna yang kuat banget punya Dragon King -- suaranya kayak alat musik didgeridoo dan kaya pisau Swiss army ajaib -- buat misi dapetin keabadian.
Beberapa petualangannya, kayak nyolong buah persik atau ketemu Buddha yang kuasa banget, mungkin dikenal sama yang pernah nonton serial TV Jepang yang keren di akhir 1970-an, "Monkey," yang BBC dulu sering tayangin. (Ini nih acara yang bikin "Journey to the West" ngehits banget di luar Asia, sambil juga buat hiburan para penikmat ganja yang keseleo ganti saluran di tengah malam.)
Tapi niatnya untuk bikin adaptasi The Monkey King ini udah lama banget diidam-idamin sama banyak orang yang terlibat dalam film baru ini. Sutradara Anthony Stacchi ceritain ke Collider kenapa sekarang waktu yang pas, dia bilang adaptasi The Monkey King bisa terwujud sekarang aja, pas lagi ada semangat buat cerita yang beragam, kebutuhan akan konten yang lebih banyak, dan akhirnya studio sadar kalau cerita-cerita lama gak bakal menarik lagi. mereka untung banget dari semua hal itu.
Sumber :
- collider.com
- theguardian.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H