Otomatis siapapun bisa berperan sekecil apapun untuk membantu atau minimal meringankan beban hidup yang sedang dihadapi keluarga, tetangga, dan masyarakat secara keseluruhan.Â
Beragam bantuan ini tak melulu harus dikonversikan dengan nilai materi, karena tenaga, waktu, dan pengetahuan/pengalaman yang kita miliki bisa menggantikannya. Tergantung konteks masalah yang dihadapi oleh pihak yang sedang membutuhkannya.
Bila ingin terlibat menghadapi pandemi, kita bisa membantu tenaga kesehatan dengan terus menghimbau atau terlibat kampanye edukatif di media sosial mengingatkan kepada netizen untuk terus jaga jarak, pakai masker, dan hindari keramaian.Â
Contoh sederhana lain, bila terkait soal resesi, bisa diawali saat kita menanyakan kabar sanak saudara atau tetangga di masa sekarang. Syukur, bila semua baik-baik saja. Bagaimana bila sebaliknya? Dan di saat yang sama kita juga mungkin saat ini sedang menghadapi kondisi sulit.Â
Cara paling efektif adalah membagi niat baik ini untuk saling peduli ini dengan saudara/tetangga yang dianggap memiliki kelebihan rezeki. Bisa jadi kerabat yang kesulitan tadi malu atau belum kepikiran untuk meminta bantuan Di titik inilah, peran kepedulian menemui momentumnya karena tidak semua orang bisa melakukannya.
Pilihan lain, kita bisa melaporkan realitas ini kepada Ketua RT/RW/Dusun soal ini, agar semua warga bergotong-royong saling menjaga satu sama lain. Karena bisa jadi, bantuan yang disalurkan oleh Pemerintah lewat beragam stimulus ekonomi belum cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari ketika memang kondisinya sedang kehilangan pekerjaan atau barang dagangan minim terjual.
Dalam konteks yang lain, belakangan juga marak mengemuka penggunaan platform crowfunding seperti kitabisa.com yang mampu mengorganisasi bantuan dengan profesional dalam skala apapun setiap waktunya.Â
Modalnya waktu yang kita miliki, data pribadi, serta dokumentasi yang jelas, agar secara keseluruhan bantuan yang dikumpulkan dan didonasikan jelas ujungnya.Â
Dan banyak pihak seperti Tanoto Foundation yang konsisten menggalang bantuan untuk tenaga kesehatan kemudian kemarin (3/10) bersama Temasek memberikan bantuan instrumen PCR, Reagen Kit, dan bahan habis pakai untuk pemeriksaan PCR.Â
Setidaknya upaya ini untuk meningkatkan kapasitas pemeriksaan PCR di Lab Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) yang saat ini telah mencapai 5000 pemeriksaan per harinya.
Menjadi pahlawan akhirnya bukan sesuatu yang bisa dilakukan segelintir orang. Karena yang dibutuhkan awalnya hanya kepedulian kemudian kemauan dan kemampuan untuk bebagi kepada yang terdekat dan siapapun yang terdampak.Â