Pertanyaan berikutnya, setelah Indonesia merdeka, apa tujuan kita? Â Ketika tujuan itu, misalnya Indonesia sejahtera, kapan harus tercapai? Dan lebih dalam, Kapan Saya harus segera sejahtera atau selesai dengan diri ini agar optimal memperjuangkan rakyat dan negeri?
Pertanyaan-pernyataan mendasar ini menjadi urgen digulirkan agar setiap pemuda Indonesia memiliki arah yang jelas dalam hidupnya. Bukan tak penting memikirkan diri sendiri, tapi, amanat para pendiri bangsa yang termaktub dalam tujuan nasional bisa menjadi pengingat bahwa proses memajukan tanah air belum lah tuntas. Lantas kita bisa memulainya dari mana?
Pertama, tuntaskan segera kebutuhan diri dalam kerangka syukur seorang hamba (baca : sukses). Pastikan setiap amanat yang diberikan baik berupa cita-cita atau tanggungjawab sukses diselesaikan. Jika teman-teman saat ini menjalani sebuah profesi atau memiliki usaha, jadilah yang terbaik dalam profesi atau optimalkan usaha tadi. Mengapa? Karena setelahnya, ada tanggungjawab moril sebagai generasi penerus untuk melanjutkan perjuangan bangsa.
Kedua, Â bangun komunikasi lintas generasi agar setiap jalan juang yang dilakukan tak menemui hambatan. Karena generasi pendahulu telah banyak mengalami pergulatan sejarah, sementara generasi penerus (baca : lebih muda secara usia) punya cara sendiri dalam memaknai setiap realitas yang terjadi.
Persinggungan kepentingan  akan rentan berbuah konflik bila komunikasi tak dilakukan secara intensif. Keterlibatan dalam komunitas atau organisasi, yang mampu menjembatani komunikasi lintas generasi menjadi penting untuk dijalani agar kesenjangan dalam bentuk apapun (sosial, ekonomi, budaya, dll) dapat segera diatasi .
Ketiga, masa sekarang ini adalah era kolaborasi memegang peranan penting. Artinya, sehebat apapun kemampuan yang dimiliki, kita tetap membutuhkan peranan manusia lainnya agar setiap tantangan bisa berbuah menjadi peluang emas.
Misalnya, jika Saya seorang pemimpin yang punya karakter sebagai solidarity makers, maka mitra Saya haruslah seorang administrator yang baik, sebagaimana terjemahan Feith (1964) agar visi yang telah dimiliki dapat ditindaklanjuti dalam banyak misi tercapai. Sehingga, perjuangan dalam bentuk apapun, semakin mudah serta tidak hanya mengandalkan prakarsa diri saja yang memiliki banyak keterbatasan, tapi sudah mampu menjelma menjadi aksi bersama.
Keempat, bila di masa lalu transportasi memegang peranan kunci membuka tabir isolasi topografi, maka manfaatkan teknologi dalam setiap perjuangan yang dilakukan, karena Ia telah efektif membuang beragam sekat yang membelenggu.
DI masa pandemi, kehadiran teknologi begitu nyata mewarnai kehidupan kita. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, hidup kita ditemani berbagai teknologi utamanya lewat beragam aplikasi. Apalagi semuanya kini harus dilakukan di rumah, otomatis untuk memangkas resiko tertular, optimasi penggunaan teknologi semakin relevan.
Keempat hal di atas, adalah usaha-usaha  untuk mempermudah dan akan  semakin optimal bila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari atau dimulai dari hal-hal yang kecil secara konsisten. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan, membeli barang seperlunya  untuk meminimalkan sampah atau menggunakan barang bekas yang masih layak.
Bagaimana agar kesadaran tersebut menjadi inisiatif kolektif atau gerakan semesta  yang dilakukan setiap anak bangsa? Suksesnya diri, aktifnya kita berkomunikasi lintas generasi, kolaborasi dengan mitra yang tepat, dan peran efektif teknologi, setidaknya bisa membantu memberikan gambaran singkat apa langkah-langkah konkritnya. Karena semua ingin Indonesia Hijau tercapai atau kita dapat optimal dalam ikhtiar pencapaian SDGs 2030 dalam salah satu konteks yakni Climate Action sebagaimana  upaya banyak pihak, seperti halnya Tanoto Foundation juga terlibat  dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.