Mohon tunggu...
Agung Baskoro
Agung Baskoro Mohon Tunggu... Konsultan - Political Consultan | PR Strategist |

Political Consultant | PR Strategist | Tanoto Scholar | The Next Leader Award Versi Universitas Paramadina-Metro TV 2009 | Buku Status Update For The Best Student (Gramedia Pustaka Utama, 2012) | Juventini | Contact : agungbaskoro86@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengisi Kemerdekaan, Keterampilan Masa Depan, dan Menjadi TELADAN

26 Agustus 2020   08:23 Diperbarui: 26 Agustus 2020   08:57 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat."

- Mochammad Hatta -

Tulisan ini dimulai dengan ungkapan Hatta Sang Proklamator soal Indonesia Merdeka, yang berikutnyan diikuti dua pertanyaan fundamental dari pergulatan pikiran Saya, pertama, Pernahkah kita membayangkan saat detik-detik proklamasi yang diselenggarakan di Istana Merdeka 17 Agustus 2020 kemarin dilakukan secara virtual dan sebagian peserta upacara hadir di lokasi sebagai bagian adaptasi kebiasaan baru (the new normal), untuk memenuhi protokol kesehatan di masa pandemi COVID19

Kedua, Bagaimana masa depan Indonesia 10 tahun atau 30 tahun mendatang, Apakah benar berbagai prediksi lembaga pemikir ekonomi/keuangan dunia seperti McKinsey, PwC, dan Economist Intelligence Unit, bahwa Indonesia pada tahun 2030 menjadi kekuatan ekonomi dunia nomor 7 dan nomor 4 di tahun 2050?

Pertanyaan pertama tentu saja jawabannya TIDAK. Namun, pertanyaan kedua soal masa depan Indonesia atau tujuan akhir negeri ini merdeka sebagaimana kata Hatta di masa lampau, jawaban pastinya ada di tangan generasi penerus negeri ini. Mengapa? Karena masih ada kesempatan untuk melakukan yang terbaik dan menjadi lebih baik demi Indonesia.

Dua pertanyaan sekaligus jawabannya di atas, mendeskripsikan situasi ketidakpastian yang akan selalu hadir setelah Indonesia Merdeka atau pasca upacara 17 Agustus dilakukan untuk memperingatinya setiap tahun. 

Sehingga, menjadi niscaya seluruh anak bangsa mempersiapkan diri agar mampu berperan dan memberikan sumbangsih bagi pencapaian yang termaktub jelas dalam empat tujuan nasional, mulai melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam konteks inilah, pendidikan menjadi kunci dan memainkan peranan penting, agar daya saing sumber daya manusia kita mampu menjawab tantangan zaman dan mampu memenuhi kebutuhan publik menjawab beragam problematika yang mengemuka. 

Dalam laporan survei World Economic Forum (WEF) tahun 2018, bertajuk Future of Jobs terdapat 10 kemampuan (future skills) yang dibutuhkan pada tahun 2022, di antaranya sebagai berikut (1) Inovasi dan pemikiran analitis (2) belajar aktif (3) kreativitas, orisinalitas, dan inisiatif, (4) pemrograman dan desain teknologi, (5) pemikiran kritis dan analisis (6) pemecahan masalah yang kompleks (7) kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi (8) kecerdasan emosional (9) nalar dan dapat memecahkan masalah (10) evaluasi dan analisis sistem. 

Artinya, 10 rekomendasi kemampuan baru ini perlu ditindaklanjuti oleh para pemangku kebijakan di tanah air sebagai salah satu masukan berharga untuk mendesain sistem pembelajaran yang kompatibel dengan arahan pemerintah dalam hal ini Kemendikbud dalam kampanye, 'Merdeka Belajar", "Kampus Merdeka", dan "Guru Penggerak". 

Agar para peserta didik sebagai obyeknya kelak memiliki kemampuan unggul. Sementara swasta bisa terlibat dengan mengkoordinasikan kebutuhannya kepada institusi pendidikan terkait, agar kurikulum yang dirancang dan lulusan yang hadir sebagai keluaran (output) mampu diserap oleh lapangan kerja yamg tersedia. 

Konkritnya, pada masa pendidikan di level sekolah/kampus, setiap peserta didik bisa terlibat dalam magang, kuliah kerja praktek, atau pelatihan-pelatihan intensif yang relevan untuk meningkatkan keterampilan mereka.

Mengasah Keterampilan Masa Depan

Bagaimana dengan peserta didik, siswa maupun mahasiswa, apa yang bisa dilakukan atau peranan apa yang bisa dilaksanakan dalam untuk merespon situasi saat ini dan di masa mendatangi? 

Bila dibedah, 10 keterampilan masa depan versi WEF di atas tadi, maka secara ringkas dapat dibagi dalam 3 pembahasan utama, pertama, kompetensi dasar, poin (1) Inovasi dan pemikiran analitis (2) belajar aktif (3) kreativitas, orisinalitas, dan inisiatif, (5) pemikiran kritis dan analisis 6) pemecahan masalah yang kompleks (9) nalar dan dapat memecahkan masalah (10) evaluasi dan analisis sistem, merupakan keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. 

Bila pengetahuan bisa dengan mudah dimiliki melalui buku dan mesin pencari di internet, namun tidak dengan sejumlah keterampilan yang hanya biasa dibentuk melalui pengalaman.

Sehingga, selain pembelajaran formal di kelas, pembelajaran informal melalui kegiatan organisasi, aktivitas sosial kemasyarakatan, merintis usaha (start-up), dan agenda lainnya yang punya misi mengasah keterampilan dasar ini, seperti seminar, konferensi, hingga workshop menjadi urgen untuk diikuti.

 Artinya sejak awal para pendidik dan orangtua di masa kini tak lagi fokus pada pencapaian nilai akademis, agar kemampuan anak atau peserta didik semakin adaptif dengan tantangan zaman.

Kedua, kompetensi lanjut, poin (4), yakni pemrograman dan desain teknologi merupakan keterampilan yang hadir seiring kemajuan ekstrim dari teknologi yang berujung pada terhapusnya beberapa pekerjaan, namun menciptakan pekerjaan lain yang mensyaratkan keterampilan tingkat tinggi. 

Di masa Industri 4.0 sekarang, aktivitas ekonomi mulai mengandalkan robot, kecerdasan buatan, mesin pembelajaran, analisis prediksi, mesin terkoneksi, dan The internet of Things. Sehingga, pemilihan fokus studi/minat belajar bisa sejak dini diarahkan untuk menguasai salah satu bidang tadi. Agar kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan kelak bisa dipenuhi oleh pasar tenaga kerja domestik.

Selama ini muncul keluhan minimnya lapangan kerja atau banyaknya pengangguran. Namun sebuah kontradiksi terjadi, ketika situs jejaring sosial semacam LinkedIn yang rutin mewartakan peluang lowongan kerja sering tak memperoleh kandidat yang sesuai. 

Peluang pekerjaan tadi, akhirnya tetap kosong dalam beberapa kasus atau disesuaikan dengan SDM yang mampu mendekati harapan perekrut. Jika demikian, muncul lagi sederet pertanyaan mendasar, Mengapa ini bisa terjadi? Apakah institusi pendidikan kita gagap membaca zaman? Atau Bagaimana solusi atas persoalan ini agar segera bisa teratasi?

Ketiga, karakter. poin (7) kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi dan (8) kecerdasan emosional diimplementasikan lewat keteladanan atau keseharian yang ditunjukkan oleh orang tua, para pengajar, maupun lingkungan masyarakat yang menjadi tempat tinggal para peserta didik. 

Sehingga, bagi mereka yang baru mengenyam pendidikan usia dini dan dasar tertanam kuat sikap atau prinsip hidup positif. Sementara, bagi peserta didik tingkat lanjut mulai ditanamkan kesadaran untuk bertanggungjawab baik sebagai personal maupun sosial sehingga kelak ia terbiasa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.

Karakter di sini, bukan hanya diarahkan semata untuk menjadi pemimpin, namun harus siap untuk dipimpin. Karena memimpin dan dipimpin adalah soal siklus kehidupan yang sewaktu-waktu bisa dialami oleh siapapun. 

Perbedaan mendasarnya hanya soal ruang lingkup kepemimpinan yang nantinya dijalankan. Hal ini penting, menimbang Demokrasi Pancasila yang kita anut hanya bisa bergulir ketika setiap orang yang mau berbicara juga memiliki kemampuan untuk mendengar. Karena, bila semua ingin bicara, siapa yang berikutnya mengerjakannya? 

Pada tahap ini kemampuan untuk berkolaborasi mutlak dimiliki oleh setiap pemimpin atau yang dipimpin, karena kompleksitas masalah yang dihadapi oleh negeri kita semakin nyata. Apalagi sejak pandemi corona mengemuka, kolaborasi menjadi nilai yang sama pentingnya dengan kebebasan dan kompetisi.

Di titik inilah prestasi akademik biasanya disebut sebagai hard skills, sudah semestinya berpadu harmoni dengan soft skills sebagaimana tercermin dalam kompetensi dasar dan karakter atau 9 poin dari 10 versi keterampilan masa depan yang telah dijelaskan di atas. 

Pada dasarnya, soft skills berhubungan dengan cara seorang pribadi berinteraksi serta mengelola hubungan dengan orang lain. Mungkin yang paling penting dari cara kita menumbuhkan soft skills adalah pendekatan belajar sepanjang hayat (long life learning). 

Setidaknya dengan terus belajar dan terus meningkatkan keterampilan, peran-peran strategis yang diemban oleh manusia tak bisa tergantikan oleh robot, kecerdasan buatan, dan sejenisnya. 

Ini penting, jangan sampai niat awal kehadiran teknologi mempermudah/membantu manusia, malah menjadi masalah baru atau muncul pertanyaan Harari seperti dalam salah satu bagian bukunya 21 Lessons For 21 Century (2018), manusia mana yang akan terbantu dengan teknologi? Manusia kaya atau miskin?  

Realitas dan problematika zaman yang terjadi tersebut, menjadi masukan bagi Tanoto Foundation untuk terus menyempurnakan dan menyelenggarakan program TELADAN bagi para mahasiswa di Indonesia sebagai salah satu obyek sistem pendidikan kita.

 TELADAN merupakan program kepemimpinan dan beasiswa dari Tanoto Foundation untuk mendukung mahasiswa mulai semester kedua hingga kedelapan melalui pelatihan pengembangan kepemimpinan terstruktur, program magang, program pengembangan masyarakat, dan berbagai kegiatan peningkatan kemampuan kolaborasi dan jejaring, selain dukungan beasiswa berupa biaya kuliah dan tunjangan bulanan.

Harapannya program ini dapat mewujudkan generasi Indonesia yang berkualitas dan mampu Menjadi TELADAN bagi publik secara keseluruhan karena kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun