Mohon tunggu...
Agung Dwi Bantoro
Agung Dwi Bantoro Mohon Tunggu... Relawan - relawan

tukang ngguyu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bulan Maria, Menapaki Dolorosa Menuju Aleluia

30 April 2018   23:45 Diperbarui: 1 Mei 2018   00:06 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doa Rosario menjadi kegiatan utama dalam memperingati bulan Maria. Sumber: amorpost.com

Bulan Mei bagi sebagian orang identik dengan MayDay, satu hari yang dirayakan oleh semua buruh di seluruh dunia. Di Indonesia hari buruh diperingati oleh para buruh sebagai sebuah kesempatan untuk turun ke jalan melakukan protes atas isu-isu ketenagakerjaan. Status tenaga kerja, upah minimum yang selalu dinilai kurang, tunjangan-tunjangan yang juga selalu perlu untuk ditambah. Namun tidak sedikit pula buruh yang ingin berpesta di hari itu. 

Namun bagi umat Katolik, bulan Mei, entah dia buruh, dosen, pemilik perusahaan, tukang kopi, pastor, suster dan lain sebagainya, diperingati sebagai bulan Bunda Maria. Gereja Katolik selalu mendedikasikan bulan-bulan tertentu untuk sebuah devosi bagi santo/santa. Devosi kepada Bunda Maria jatuh pada bulan Mei dan Oktober setiap tahunnya. Maria yang dimaksud disini adalah Maria Bunda Yesus atau Siti Mariam, ibunda Nabi Isa AS. Umat Katolik merayakan bulan Maria dengan melakukan doa Rosario yang dilakukan bergantian antar rumah sesama pemeluk agama Katolik. 

Lalu mengapa Gereja Katolik memberikan keistimewaan kepada Bunda Maria? 

Sejak awal diperkenalkan dalam Kitab Injil, Maria diperkenalkan sebagai sosok yang memasrahkan semua masalahnya kepada kuasa Allah. Dikisahkan Maria mendapat kabar sukacita dari malaikat Gabriel bahwa dia akan mengandung seorang juru selamat dan Maria harus menamai dia Yesus. Maria yang belum menikah sebenarnya tidak percaya bahkan bisa dibilang tidak mau percaya bahwa dia akan mengandung, lha wong menikah saja belum apalagi mengandung. Tapi Maria tidak melawan kabar itu bahkan dengan kerendahan hati dia menjawab, " Terjadilah padaku menurut kehendakMu." 

Ungakapan Maria ini menggambarkan sebuah keyakinan dari kepasrahan kepada kehendak dan rencana Allah dan bila diikuti, sukacita akan menjadi konsekuensi logisnya. Tapi kadang manusia hanya melihat satu sisi, yaa sisi manusia itu sendiri. Mana mungkin seorang wanita tanpa menikah dan bersenggama bisa memiliki anak, bagaimana mungkin seorang bayi lahir dari wanita yang mengandung tanpa noda. Tetangga-tetangga akan menyangka bahwa Maria hamil diluar nikah, tentunya aib bagi Maria dan keluarganya. Tapi Maria tidak menolak bahkan menerima dengan kerendahan hati anugerah dari malaikat Gabriel. 

Pada kisah sengsara Yesus menuju kematian di bukit Golgota, dikisahkan hancurnya hati Maria harus menemani puteranya di via dolorosa (jalan penderitaan), ditambah ketika Maria harus menerima jenasah puteranya di bawah kayu salib. Maria bisa saja mengurung diri dalam kamar di rumahnya. Menangis dan mengutuk Allah atas nasib yang diterimanya. Namun dia tetap memilih untuk hadir dalam proses penderitaan dan kematian Yesus. Sosok ibu yang beranjak tua, hancur dan sedih hatinya, karena ditinggalkan anak satu-satunya selalu tergambar dari tablo kisah sengsara, film-film tentang penyaliban Yesus dan seni-seni lain yang juga menggambarkan kisah sengsara ini. 

Sudut pandang manusia terpampang secara logis dalam karya seni itu. Perasaan seorang ibu yang ditinggal mati anak semata wayangnya sebagai seorang tahanan  karena fitnahan dan tuntutan orang banyak, pasti menggambarkan kesedihan. 

Namun kepasrahan Maria adalah sebuah kepasrahan menuju sukacita abadi. Penderitaannya sebagai seorang ibu yang harus menyaksikan anaknya mati di kayu salib sebagai seorang penjahat adalah sebuah proses kepasrahan untuk mencapai sukacita karena dia telah menjadi bagian dari rencana Allah terhadap Yesus. Dan dengan kepasrahan akan penderitaan (dolorosa) ini, semakin lengkaplah sukacita (aleluia) umat manusia.

Inilah yang menjadikan Maria istimewa bagi Gereja Katolik. Kepasrahan dan keyakinan atas kehendak Ilahi memberikan inspirasi bagi seluruh umat manusia. Penderitaan (dolorosa) akan selalu berakhir sukacita (aleluia) ketika manusia yakin bahwa ini adalah kehendak Allah. Dan Maria juga memberikan ramuan ajaib ketika manusia sudah putus asa dalam menjalani dolorosa-nya, Doa Rosario. Doa ini mengingatkan kita untuk terus menapaki dolorosa kita, manusia menuju sukacitanya (aleluia).

Selamat menapaki dolorosa menjadi aleluia bersama Bunda Maria.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun