[caption id="attachment_397942" align="aligncenter" width="415" caption="dokpri"][/caption]
Ibuku,Perempuan sederhana keras kemauan
Padanya kami berenam anaknya tumpahkan
Segenap keluh kesah dan pengharapan
Padanya kami bebas untuk mengatakan
*
Ibuku, hanya lulus pendidikan dasar
Padahal cita citanya tinggi
Menjadi penyebar ilmuyang mulia
Membawa lentera bagi sesama
**
Meski asa telah terlepas tak serta merta pupus
Kepada anak anaknya ditambatkan
Menjadi manusia berderajat
Yaang mengenggam ilmu pengetahuan
*
Jika suatu kesempatan kau menjumpa
Perempuan sudah sepuh di sudut pasar kota tua
Memiliki tanda lahir antara dua alisnya
Bisa jadi perempuan itu ibuku
**
Perempuan istimewa bertempat di hati
Telah menempuh segenap peristiwa tak terperi
Coba saja menyapa “selamat siang Ibu”
Pasti dibalas dengan senyum terbaik
***
Kalau didengar engkau adalah temanku
Sudah jaminan tersampaikan olehnya
“Tadi dipasar ibu dipanggil temanmu”
Hanya sebuah sapaanmenjelma kisah berdinamika
*
Ibuku, perempuan sederhana keras kemauan
Kesetiaannyamendampingi suami teruji waktu
Suka duka tak beda, Pahit manis hanya soal rasa
Toh semua peristiwa memang harus dilalui
Jika Kali kedua bertemu ibuku lagi
Coba kembali engkau sapa saja
Senyum special dipersembahkan, sampai tak kau kira
Kalaupun lupa nama, wajahmu jelas diingatan
**
Tak perlu kawatir perjupamaan kedua
"Tadi ketemu lagi temanmu dipasar"
Menjadi cerita lebih seru, hadir di gendang telingaku
Melalui sudat pandang sebatas pikiran yang biasa
***
Ibuku, Perempuan sederhana
Memiliki tanda lahir antara dua alisnya
Telah mengejawantahkan banyak peristiwa
Cintanya telah memenuhi kalbuku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H