Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Takaran Kehidupan

20 Agustus 2014   15:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:04 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14084994111620306445

[caption id="attachment_354097" align="aligncenter" width="560" caption="ilustrasi- dok.pribadi"][/caption]

Setiap situasi tak ada yang berlaku abadi, siang berganti malam, tangis berganti tawa, semua yang terjadi tak ada yang permanen.Duka derita, canda tawa sejatinya hanya sebuah peristiwa yang berada pada posisi yang sama. Sedih tidak lebih rendah dari senang pun tawa selalu bersandingan dengan tangis.Setiap situasi memiliki peran yang penting dalam pembentukkan kearifan diri, setiap keadaan saling mengisi dan melengkapi sekaligus dibutuhkan bagi “makanan” rohani.Tak ada yang salah dengan kesedihan, tak ada yang tidak baik dengan bahagia, semua memiliki porsi untuk mengisi ruang ruang hati manusia. Kegembiraan saja atau kesediahan saja cenderung membuat labil jiwa.

Kenikmatan memiliki beribu wajah, nikmat sakit menyadarkan tentang nikmat sehat, nikmat lapar mengingatkan nikmat kenyang, nikmat sempit membukakan makna tentang nikmat lapang, nikmat sedih mempertajam rasa syukur akan nikmat senang. Kenikmatan yang dihadirkan Alloh dengan begitu aneka ragam memiliki kepentingan yang sama yaitu sarana manusia menuju proses kemuliaan. Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan begitu telitinya, dengan tingkat akurasi yang tinggi. Setiap detil peristiwa atau keadaan yang menghampiri atau bersinggungan dengan mahluk mulia ciptaan-NYA sudah diperhitungkan sedemikian rupa, tanpa sedikitpun membawa mubadzir.Kapan waktunya, bagaimana prosesnya, seperti apa hasilnya sebuah peristiwa menjadi rahasia kehidupan yang akan terbuka satu persatu pada saat yang tepat, kita manusia bertugas menjalani setiap proses kehidupan dengan sungguh.

Masing masing manusia memiliki takaran atas apa yang akan dihadapi dalam keseharian sepanjang hidupnya. Hasil yang didapat akan berbanding lurus dengan sebab musabab, akan sejajar dengan apa yang telah diupayakan manusia sendiri. Tak bisa direkayasa oleh manusia, beratnya masalah orang per orang memiliki kadar yang berbeda semua tergantung dari kualitas orang yang bersangkutan, namun secara kodrat manusia memiliki posisi yang sama di mata kehidupan.Masalah yang dialami seorang penjual gorengan misalnya akan tidak sama dengan masalah yang dihadapi seorang direktur, masing masing masalah akan memiliki kadar yang sama untuk ukuran orang per orang. Secara kasat mata masalah berat yang dihadapi seorang penjual gorengan akan terlihat ringan dihadapan seorang direktur. namun sudut pandang tidak bisa dilihat dari satu kacamata, takaran setiap manusia memang berbeda adanya, kadar takaran didasarkan dari latar belakang pengetahuan dan banyak hal tentang seseorang.

Tuhan Yang Maha Adil, tidak serta merta derajad kemanusiaan tukang gorengan lebih rendah dari seorang direktur. tingkat keberhasilan dari tukang gorengan atau direktur akan terukur dari, bagaimana masing masing pribadi mampu menhandle permasalahan dan mampu menyelesaikan masalah dengan baik membawa kebaikan minimal buat diri sendiri, mampu meramu masalah menjadi anak tangga menuju jenjang kedewasaan yang lebih. Tuhan adalah sutradara yang Maha Sempurna, dihembuskanNYA angin, diturunkanNYA hujan, diterbitkanNYA matahari semua sunatullohnya berlaku sama pada seluruh isi bumi.Hujan tak akan memilih jatuh pada tempat tertentu saja, matahari bersinar tidak lebih terik pada tempat yang lapang saja, bisikan semilir angin tidak lebih lembut pada ranting pohon cemara, semua sama semua tiada beda. Persamaan persamaan itulah semestinya membawa pada pengetahuan baru bahwa hak dasar manusia sebagai mahluk hidup terhadap kehidupan ini sudah sedemikian mutlak sama tiada beda tidak bisa diganggu gugat.

Rejeki manusia tak akan bisa ditahan oleh sebagian manusia yang lain, kalau memang saatnya rejeki itu turun, maka akan turun juga bahkan akan datang di saat yang tepat melalui jalan yang tak terduga.Pun ketikaada peluang yang terlewat dan urung diambil sampai ada istilah “kesempatan hanya datang sekali”, namun sebagai orang beriman musti yakin dan percaya bahwa rejeki yang terlewat akan tetap menjadi milik manusia melalui pintu lain, namun alasan ini bukan alasan untuk menyia nyiakan kesempatan, kita musti tetap meraih setiap kesematan dengan sebaik baiknya.

Dalam struktur social yang merupakan produk kebudayaan modern, di sebuah perusahaan ada orang yang menempati posisi bos dan sebagian yang melain menempati posisi sebagai karyawan. Dalam skema kepegawaian macam macam posisi bercokol dari general manager, senior marketing, bagian administrasi, finance bahkan sampai office boy.Sesungguhnya rejeki karyawan bukan boss yang menentukan, bukan boss yang menjamin.Tuhan lah Yang Maha menjamin rejeki masing masing umat-NYA, boss adalah perantara datangnya rejeki. Berada pada posisi sebagai pimpinan perusahaan sebenarnya tak lebih sebagai fungsi social, seseorang menempati sebuah posisi (dalam struktur sebuah organisasi) karena memang dia menyediakan diri berproses hingga secara social yang bersangkutan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Namun derajad kemanusiaan seorang disebuah perusahaan ditentukan oleh seberapa berhasil seorang pimpinan perusahaan mampu menjalankan funsgsi sosialnya dengan baik yaitu dengan memenuhi hak hak karyawan dan memperlakukan adil. Pun sebagai karyawan keberhasilannya ditentukan sejauh mana yang bersangkutan mampu menjalankan fungsi kekaryawanannya sesuai bidangnya dengan sebaik baiknya.Keseharian dalam kehidupan ini ibarat bertransaksi dengan Tuhan, setiap kebaikan yang diperbuat oleh manusia Tuhan akan membayar akibatnya, pun ketika kesalahan kita lakukan Tuhan pula akan membayar dengan akibat yang setimpal, tidak lebih dan tidak kurang.Transaksi yang terjadi di kehidupan dunia ini akan dituntaskan juga didunia sebelum akhirnya kita berpindah tempat menuju alam keabadian.

Menangis tertawa bersedih dan bergembira adalah kulit luar yang terlihat, secara tidak langsung bisa menjadi barometer bagi untuk mengukur tingkat kepahaman dan pemahaman atas hidup itu sendiri, secara otomatis pula menjadi cerminan kedewasaan.Setiap manusia diberi hak yang sama oleh kehidupan. Hak memberi dan menerima, hak berbagi sekaligus dibagi, hak memiliki keinginan atas sesuatu atau hak untuk apapun.Hak mana yang mendominasi dalam keseluruhan diri itulah yang menjadi gambaran seperti apa sifat setiap individu.kehidupan sedemikian dahsyatnya. Pergantian siang menjadi malam, bergulirnya matahari berganti rembulan semua adalah sunatulloh demi sunatulloh, manusia bertumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang ada di kepalanya. Setiap manusia akan berlomba mengisi waktu demi waktu yang sudah dijatah, setiap keputusan hidupnya akan membawa dampak pada perolehan yang diterima, baik perolehan berupa materi atau inmateri.Adalah menjadi manusia yang Kaffah (seutuhnya), manusia dengan totalitas yang sepenuhnya mau dan mampu berserahlah yang mampu selaras dengan harmoni kehidupan, yang akan memahami takaran demi takaran kehidupan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun