[caption id="attachment_381511" align="aligncenter" width="532" caption="Tumpukan Buku (dokpri)"][/caption]
Sebuah lirik lagu dari group Band Nidji ini sangat inspiratif, "Mimpi adalah Kunci, Untuk kita menaklukkan dunia". Lagu terkenal berjudul Laskar Pelangi ini, menjadi Soundtrack Film dengan judul yang sama. Syair yang didendangkan pita suara merdu Giring sang vokalis, selaras dengan alur kisah yang tertuang dalam versi layar lebar.
Kisah anak anak Belitung menggapai mimpi besar melalui pendidikan, di tengah keterbatasan dan keterhimpitan ekonomi. Konon novel karya Andrea Hirata yang diterbitkan pada 2005, dari sisi penjualan mampu menembus angka satu juta eksemplar. Hal serupa terjadi pada versi Bioskop, kolaborasi Miles Film dan Mizan production merebut perhatian 4.6 juta penonton.
Dewi Fortuna belum selesai pada jumlah penikmat film dan Novel saja,dalam ajang bergengsi "Indonesia Movie Award 2009". Nama pemain watak Ikranegara dan Cut Mini terpilih, masing masing sebagai Pemeran Utama Pria dan Pemeran Utama Wanita Terbaik. Sementara Film yang dibintangi kedua nama tersebut, dinobatkan sebagai Film terfavorit 2009 di ajang yang sama.
[caption id="attachment_381513" align="aligncenter" width="536" caption="Aksi Panggung Group Band Nidji (dokpri)"]
Tak berhenti berhasil sebagai jago kandang, penghargaan internasional disabet. The Golden Butterfly Award meraih kategori film terbaik, Internasional Festival of Films for Children and Young Adults di Hamedan Iran. Masuk dalam nominasi kategori film terbaik, di Berlin Internasional Film Festival 2009. Pada gelaran Asian Film 2009 di Hongkong, W. Ichwandiardonosang editor menjadi nominator untuk kategori editor terbaik.
Kedahsyatan mimpi memang tak terbantahkan, namun perlu membarengi dengan upaya panjang untuk mewujudkannya. Menelusuri perjuangan tokoh Ikal dalam novel Laskar Pelangi, adalah perjalanan keseharian masyarakat kelas bawah. Sebagai anak di pekerja tambang, di pelosok bagian dari Pulau Sumatera. Saat itu cita citanya terlalu "muluk", yaitu ingin melihat Menara Eifel di Luar Negri.
Kegigihan mewujudkan mimpi menjadi nyata adalah ruh novel dan filmnya, sebagai penonton saya semakin membulatkan benang merah takdir. Salah satu alasan Sang Pencipta menghadirkan manusia, adalah menjadikan kita sebagai mahkluk paling mulia yang terkasih. Dengan semangat dan tekad yang kuat, kemungkinan yang (seolah) tak terjangkau menjadi sebuah keniscayaan.
********
Menulis dan Cita Cita.
Saya pribadi sebenarnya kurang yakin dengan bakat menulis, semua berawal dari kekalahan demi kekalahan megikuti lomba mengarang. Saat tubuh kecil saya masih berseragam Merah Hati - Putih, mulai kelas empat sampai lulus rutin saya dipilih maju lomba mengarang. Bu Marsini guru Bahasa Indonesia di sekolah desa terpencil kami, memilih karangan saya mewakili lomba tingkat Kecamatan. Namun anehnya saya menganggap datar saja penunjukkan tersebut, (parahnya) mengira hanya saya yang mengumpulkan tugas mengarang. Jadi mau tak mau saya terpilih atau (bisa dibilang) daripada tidak ada perwakilan sama sekali. Dari "keteledoran" persepsi tersebut (mungkin) membuat saya mengikuti perlombaan tak sepenuh hati, akibatnya tak pernah membawa pulang predikat juara.
Kemudian semasa SMP lomba serupa saya ikuti, dengan berbesar hati saya meraih predikat runner up. Ketika pemilihan wakil maju ke tingkat Kabupaten, pihak sekolah justru memilih pemenang kedua maju. Saya sampai tak enak hati dengan pemegang nomor satu, untungnya sang juara tak keberatan malah mendukung saya berlaga.
[caption id="attachment_381515" align="aligncenter" width="613" caption="Usai Pentas di Sekolah International SBY- awal th 2000 (dokpri)"]
Sepenggal cerita masa kecil tak serta merta meyakinkan, bahwa saya perlu mempertajam intuisi menulis. Maka ketika sudah berganti seragam abu abu putih, saya malah melenceng pada kegemaran lain. Dunia teater menjadi focus perhatian, beberapa lomba group teater SMA kami menjadi wakil. Pernah juga terpilih 10 penampil terbaik, dalam Pekan Olah raga dan Seni jawa Timur 1990. Saat berkuliah saya sering mengunjungi DKS (Dewan Kesenian Surabaya), turut bergabung dalam latihan teater di Gedung Cak Durasim Surabaya. ( Taman Budaya Surabaya)
Lagi lagi dunia menulis belum menjadi prioritas, meski sebenarnya tak sepenuhnya ditinggalkan. Naluri menulis muncul ketika sedang ada ide, namun semua tersimpan di file sebagai konsumsi sendiri. Blog pribadi yang saya buat saat itu terbilang sepi, mood angin anginan menulis saya pelihara. Membuat produktifitas menulis mandeg, ide yang muncul lama lama mengendap kemudian menguap.
Setelah bertemu Kompasiana gairah menulis kembali muncul, membaca dan menyimak tulisan kompasianers menjadi pemantik semangat. Menuangkan isi kepala dalam bentuk tulisan, menjadi sebuah keasyikkan yang saya rasakan. Memposting artikel di blog keroyokan ini, kemudian mendapat respon kompasieners adalah kebahagiaan. Bahkan ketika dimention di artikel Kompasianers lain membuat bahagia semakin membulat saja. Beberapa artikel kompasianer ada yangmenyatakan, "setelah membaca artikel Agung Han ..bla..bla..bla.
Sungguh saya mengakui diri masih terus belajar, dimention dalam artikel K-ers lain membuat lebih introspeksi. Satu hal yang paling saya kawatirkan dalam diri, adalah menjadi besar kepala karena pujian atas tindakan yang belum seberapa.
[caption id="attachment_381517" align="aligncenter" width="576" caption="Piala dalam Rangka Launching Novel Athirah (dokpri)"]
Untuk mengasah "sense" menulis agar lebih berkembang, saya mencoba mengirimkan artikel dalam sebuah ajang Kompetisi. Setelah sekian lama tak mengikuti perlombaan tulis menulis, terus terang saya tak memasang harap terlalu tinggi tepatnya "tahu diri". Kira kira seminggu setelah email saya kirimkan ke panitia lomba, sebuah nomor telepon berkode 021 yang tak saya kenal masuk ke handphone.
[caption id="attachment_381519" align="aligncenter" width="631" caption="Piala dlm Rangka Launching Novel Athirah (dokpri)"]
Satu berita terkabar menerbitkan senyum, nama saya berada di deretan pemenang lomba. Tulisan bertema "Surat Untuk Ibu" yang diadakan sebuah penerbit, dalam rangka Launching Novel Athirah (Ibunda Jusuf Kalla). Saya sungguh tak menyangka, artikel saya dinyatakan keluar sebagai Runner Up.
Sebuah undangan saya terima dari panitia, untuk hadir pada peluncuran Novel Athirah. Karena satu dan lain hal ada keperluan yang tak bisa ditinggal, terpaksa tak bisa menghadiri acara penting tersebut. Padahal ingin sekali berfoto satu frame dengan Pak JK, dalam pose penyerahan piala sebagai pemenang. Selain bertatap muka langsung sang tokoh, tentunya bisa bertemu dengan bu Alberthine Endah sang penulis Novel.
********
Dalam mengikuti lomba menulis saya terbiasa dengan kekalahan, untungnya keadaan tersebut tak menyurutkan semangat belajar. Membaca satu persatu artikel pemenang, menimba ilmu pada penulis yang lebih berpengalaman. Keinginan mencoba lomba saya ulangi lagi, mengikuti sebuah event bertajuk resensi "Novel Bunda Lisa" yang digelar sebuah penerbit bekerja sama dengan Rumah Perubahan.
Saya yang belum punya bukunya bersikeras meluangkan waktu, beberapa jam berdiri di depan rak sebuah Toko Buku. Menyelesaikan membaca novel yang dimaksud, karena (saat itu) enggan membelinya. Masih ada buku lain yang masuk kategori "naksir", sehingga novel sebagai bahan resensi saya abaikan.
[caption id="attachment_381520" align="aligncenter" width="600" caption="Daftar Pemenang (dok Rumah Perubahan)"]
Melalui sebuah blog pribadi saya posting artikel, link dari resensi saya tautkan melalui medsos dan dimention pada panitia. Pada tanggal pengumuman saya pantau melalui twitter, alhamdulillah ada nama saya mendapat hadiah. Saya bersama sembilan pemenang lainnya, diundang makan siang bersama sang tokoh dalam novel. Penulis novel Jombang Santani Khairen hadir juga pada acara tersebut, kesempatan tak mungkin saya sia siakan. Segera saya membeli novel berjudul Bunda Lisa, kemudian minta tanda tangan pada sang penulis.
[caption id="attachment_381521" align="aligncenter" width="603" caption="Suasana Sebelum Makan Siang Bersama Prof Renald K, Bunda Lisa (kerudung hijau muda), Jombang S.K (kanan penulis) dok- Rumah Perubahan"]
Satu nama yang membuat saya kaget saat makan siang berlangsung, adalah Prof Renald Kasali begawan ekonomi yang saya kagumi muncul. Beliau ternyata suami tersayang dari bunda Lisa, pepatah dibalik kesuksesan seorang lelaki ada perempuan hebat dibelakangnya saya amini seketika itu.
Manusia yang Bermanfaat.
Rasulullah SAW bersabda "Khairunnas Anfa'uhum Linnas", sebaik baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Saya resapi kalimat sederhana ini ternyata dahsyat maknanya, semua yang diucapkan Nabi Pamungkas adalah kebenaran adanya.
Serangkaian perjalanan dan pengalaman sampai mencapai detik ini, mengerucutkan sebuah pemahaman dalam hidup. Keberadaan setiap kita di dunia fana ini, hakikatnya adalah untuk menebarkan kamanfaatan semata. Bagi yang masih menjadi "beban" orang lain, musti segera bangkit berubah karena fitrah manusia sejatinya mulia. Bahkan sebegitu mulianya manusia di hadapan alam semesta, malaikatpun tunduk ketika diperintahkan bersujud pada manusia.
Kini tugas setiap kita adalah menyempurnakan fitrah, agar menjadi umat paripurna (baca kaffah) dalam memanfaatkan waktu yang tersisa.
[caption id="attachment_381522" align="aligncenter" width="635" caption="Pengumuman Pemenang Lazis (dokpri)"]
Sebuah pengumuman di halaman Kompasiana saya buka, terkabar sebuah lomba blog yang unik. Penyelenggaranya Lembaga Amil Zakat, dan menyediakan hadiah berupa uang tunai dengan nilai lumayan. Awalnya saya penasaran membacanya judulnya, mengingat penyelenggaran lomba adalah Lembaga nirlaba. Notabene dana yang dikelola berasal dari dana umat, pemanfaatannya harus untuk kepentingan ummat.
Tetapi setelah saya baca dan pahami akhirnya saya mahfum, hadiah lomba ternyata untuk pembedayaan masyarakat. Mengacu pada kalimat bertuah "khairunnas Anfa'uhum linnas", tebetik hati ini mengikuti blog competition.
Sebuah masjid tak jauh dari tempat saya tinggal, pengurusnya cukup kreatif mengemas kegiatan. Setelah berkoordinasi dengan takmir masjid tersebut, kami berjumpa berbincang akrab. Tiga kegiatan unggulan masjid menjadi sub tema, yatiu Bank Daur Ulang, Taman Bacaan, dan Sedekah Biopori. Setelah menjadi sebuah tulisan lengkap dengan foto pendukung, segera saya padu pandankan dan segera diposting.
Pada pagelaran acara Kompasianival di TMII saya mendapat kabar gembira, bahwa artikel saya masuk dalam 15 daftar pemenang harapan. Sesuai ketentuan lomba hadiah pemenang untuk pendanaan kegiatan, maka segera mengabarkan pada pengurus masjid termasuk pemanfaatan reward.
Dari event ini saya merasa mendapat energi baru, apapun "Kebisaan" yang dikuasai dapat menjadi sarana untuk berbuat kebaikan. Terbukti artikel berjudul "Pemberdayaan Ummat melalui Masjid", menjadi inspirasi baru, dan jalan mendermakan tulisan menjadi kemaslahatan.
Menulis dan Tehnologi
Era serba canggih dan praktis ini sudah ada di hadapan mata, segala yang ada di hamparan dunia bisa diatasi melalui satu ujung jari. Ketika sebuah tulisan terposting dari ujung Pulau Sulawesi, dalam hitungan detik terbaca bahkan sampai ujung bumi.Bagi pribadi yang menutup diri tehadap tehknologi, maka siap siap dan merelakan diri terlindas jaman akibat lambat menyesuaikan.
[caption id="attachment_381523" align="aligncenter" width="640" caption="Laptop dan Modem (dokpri)"]
Interaksi dan keterhubungan antar manusia, menjadi dampak yang tak bisa dilepaskan. Manusia menjadi motor atau subyek perubahan, pada saat bersamaan menjadi obyek perubahan itu sendiri. Tak elok apabila mencerca jaman yang sedemikian maju, sementara tetap mempertahankan diri pada kebiasaan masa lalu.
Internet adalah perangkat super canggih, yang mampu dan membuat semua pihak terkoneksi. Bagi orang yang belum melek tehnologi, pengadaan internet tentu menjadi beban berat. Rutin membayar isi pulsa paket bulanan, pasti menambah keengganan semakin menjadi jadi. Namun bagi yang sudah membuka diri terhadap tehknologi, sejumlah nilai yang dibayarkan akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Agar dana yang telah dikeluarkan secara rutin, mampu mendatangkan value yang berlebih.
Aksi sosial melalui blog competition yang sudah pernah saya menangi, sebagai wujud keinginan berkontribusi untuk kebaikkan.
Saya membayang apabila penyediaan jaringan internet gratis unlimited dari Indosat menjadi keberuntungan,tentu berharap bisa berbuat lebih banyak dalam aksi sosial lainnya.
Saat menjadi sebaik baik manusia pintunya tersedia dimana mana, maka alangkah bahagia menjadi bagian dari Manusia Yang Bermanfaat. "Khairunnas Anfa'uhum Linnas" (wassalam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H