[caption caption="Cover Buku "Sekelumit Kisah Si Tukang Blusukan" (dokpri)"][/caption]
"Kata yang Paling Indah di bibir umat manusia adalah "ibu", panggilan paling indah adalah ibuku". (Kahlil Gibran)
Buku bersampul dominan merah, dengan gambar seorang pesohor ini (menurut saya) isinya begitu personal. Mengulas sikap dalam keseharian, melalui kesaksian orang terdekat baik teman atau sahabat. Sejauh pemikiran dan pengetahuan yang saya gapai, orang sukses baik yang saya kenal secara pribadi atau lewat bukunya. Mereka adalah yang tunduk pada ibu, mereka yang mencintai ibunya sepenuh hati.
Maka saya mencoba melihat, dari sudut yang juga relatif personal. Saya pengagum ibu saya sendiri, dan ibu- ibu hebat di luar sana. Setiap menyebut nama perempuan yang melahirkan saya, hutang budi ini rasanya begitu tak terlunaskan hingga ujung usia.
Membaca rangkaian kata indah sang Pujangga Kahlil Gibran di atas, embun di sudut mata tiba-tiba mendesak keluar.
Puisi tentang ibu tersebut disematkan, pada halaman 82 dalam buku berjudul "Sekelumit Kisah Si Tukang Blusukan".
"Jokowi sangat menghormati ibunya, Sujiatmi Notomiadjo. Sejak kecil, sang ibu membantu ayah berjualan apa saja untuk membiayai sekolah anaknya. Ibunda Jokowi adalah ikon seorang perempuan Indonesia yang kukuh, bersahaja, melihat kedepan sebagai dunia yang cerah. Mengorbankan dirinya untuk kelancaran hidup dan masa depan anak-anaknya. Jokowi sejak kecil membantu ibunya berdagang bambu. Dia dengan senang bisa memberikan uang kepada ibunya. " ini untuk adik-adik, Bu" kata Jokowi saat ia pertama kali bisa membantu ibunya berdagang bambu."
Penggalan paragraf ini, cukup menggambarkan betapa sang anak sangat mengasihi ibunya. Saya teringat sebuah hadist, "Doa ibu bagi anaknya, laksana doa seorang nabi untuk umatnya".
Ah siapa lagi yang menyangkal, betapa mustajabnya doa perempuan yang kedudukannya tiga tingkat lebih tinggi dibanding ayah. Pada halaman yang sama, masih ada kelanjutan artikel ini.
Keinginan terbesar ibunda Jokowi adalah agar anak-anaknya sekolah, "Aku ingin anakku dadi wong pinter"
Kini kita semua menjadi saksi, munajat sang ibu kala itu telah menjadi nyata. Anak yang dulu hingga kini berbhakti, sekarang menjadi orang nomor satu di republik ini.