Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Meretas Hikmah dari Kisah Norman Kamaru

11 September 2014   12:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:01 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_358445" align="aligncenter" width="540" caption="merdeka.com"][/caption]

Beberapa waktu yang lalu sahabat Kompasianer memposting kabar terkini Norman kamaru, artis dadakan yang melejit namanya lewat video di youtube saat lipsink joged India Caiya caiya kini banting setir menjadi penjual Bubur. Kala masa tenarnya sedang memuncak Norman dipadatkan dengan jadwal show baik off air maupun on air tampil di berbagai acara di televisi. Konon kesibukan ini disusul beberapa konflik membuat anggota Brimob Kepolisian Gorontalo mengundurkan diri memilih focus menenekuni dunia keartisan. Mabes Polri semula sempat kecewa dengan keputusan Norman, di akhir tahun 2011 silam Norman Kamaru dipecat dari Kesatuannya sebagai anggota Brimob melalui sidang kode etik di Polda Gorontalo.

Sebagai manusia tak ada keputusan yang tak dipertimbangkan, saya pribadi yakin saat itu Norman Kamaru pasti sudah berhitung lebih kurangnya menjadi anggota Brimob sekaligus enak tidaknya menjadi artis. Sampai pilihan kedua menjadi prioritas pilihannya, namun tak ada seorangpun yang tahu perjalanan nasib dikemudian hari bahkan diri sendiripun masih kosong perihal kemungkinan yang terjadi esok hari. Perasaan menyesal selalu datang belakangan namun siapa yang bisa menebak perasaan Norman Kamaru, menyesalkah dia atau justru dijadikan alasan untuk semakin melecut diri agar lebih keras berusaha maju.

*************

Kebiasaan saya sebelum tidur adalah berselancar di dumay membaca berita apapun sebelum mata ini tertutup dalam lelap, sebelum kantuk mencapai ambang batas saya menemukan link berita yang mengulas tentang kabar Norman Kamaru ( modal-jualan-bubur-norman-caiya-caiya-dari-tabungan-saat-jadi-artis ). Pada tautan berita tersebut kesimpulan yang saya dapati (ini kesan pribadi) adalah justru kearifan Norman dan istri yan menjadi point utama dalam menjalani kehidupannya saat ini. Keputusan Norman berjualan bubur demi menyambung hidup dan menafkahi anak sepenuhnya mendapat dukungan sang istri, sampai belahan jiwa mantan anggota Bromob berujar "kenapa musti malu toh sang suami mencari secara nafkah halal". Kalimat sang istri tentu membesarkan hati Norman Kamaru sekaligus membuat saya merenung betapa bahagia menjadi orang beriman, bisa menempatkan diri dalam kondisi apapun yaitu bersyukur ketika sedang dipuncak dan sabar ketika sedang di bawah.

Okelah mungkin saat nama Norman Kamaru sedang naik daun (menurut sebagian pendapat) dia dianggap terlena dalam keadaan yang menina bobokan, tetapi masa lalu tak akan dibawa sampai sekarang artinya setiap orang berhak menemukan kesejatian hidup setelah menjalani pasang surut kehidupan. Saya jadi berandai andai siapa tahu justru langkah Norman dan istri merintis usaha menjadi penjual bubur menjadi batu loncatan sampai jadi pengusaha bubur misalnya wallahua'lam, bukankah hari esok masih menjadi rahasia Sang Penguasa. Keberuntungan akan berpihak bagi siapa saja yang gigih dan tak lelah berupaya. Kalau mau positive thinking serangkaian perjalanan hidup Norman Kamaru untuk mengundurkan diri dari kesatuannya kemudian menjadi artis mendadak dan kini menjadi penjual bubur justru fase penggemblengan kearifan sekaligus kedewasaan buat Norman dan istri. Sementara bagi orang lain buat menjadi inspirasi, jadi betapa tak ada yang sia sia atas setiap peristiwa yang dihadirkan Tuhan di alam fana ini.

******

[caption id="attachment_358446" align="aligncenter" width="400" caption="4bp.blogspot.com"]

1410388640357554735
1410388640357554735
[/caption]

Lain Norman Kamaru lain lagi sosok mantan selebriti yang satu ini, keadaan berbalik saya pernah dapati pada sosok mantan penyanyi rock yang ngetop di era 80 - 90-an Hari Mukti, pada sebuah forum majelis taklim beliau pernah mengungkapkan penghasilan dalam sebulan saat ngetop melebih harga satu kilo emas saat itu. Namun ditengah hingar bingar kehidupannya yang mencukupinya secara bendawi justru dalam hati menemukan kehampaan dalam hati, sampai sang rocker akhirnya memutuskan meninggalkan dunia keartisan yang telah membesarkan namanya. Kini Kang Hari (sapaan beliau) lebih memilih hidup sederhana dan enggan kembali ke dunia keartisan meski bergelimang kemewahan.

Hikmah yang saya pribadi ambil dari kisah kedua sosok itu adalah kebahagiaan sejati ukurannya di hati bukan dari berlimpahnya perolehan dan kepemilikan. Norman Kamaru bisa jadi memahami bahagia itu justru setelah langkahnya terjun didunia keartisan belum menjejak pasti seketika meredup dengan singkat secepat ketenarannya yang instan, sedang Ustad Hari Mukti justru menemukan kebahagiaan saat memutuskan berhenti saat namanya melambung dan eksis di dunia keartisan. Setiap orang meniti jalan kehidupan yang musti dilalui sendiri sendiri, bagi yang pengin beruntung adalah yang mampu merangkai setiap keadaan agar menjadi mutiara hikmah. (wallahua'lam bissawab).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun