[caption id="attachment_392147" align="aligncenter" width="400" caption="Hutan Kota (dokpri)"][/caption]
Jamak terdengar Nusantara disanjung puja, menjadi cukilan tanah nirwana, pesona tiada dua.Keindahan alam ramah penduduk, hamparan bukit hijau dan telaga sejuk bening. Kekayaan sumber daya alam layaknya tanah dewa, menjadi bukti nyata anugrah Yang Maha Kuasa.Bangga menjadi rakyat persada negeri, Gemah Ripah Loh Jinawi, Kerto Tentrem Karto Raharjo. Modal yang sebegitu berharga tak boleh abai, musti dijaga dilestarikan dan dipertahankan. Bukankah apa yang kita miliki saat ini, sesungguhnya warisan anak cucu dan generasi nanti. Tak boleh egois dan serakah, menghabiskan semuanya hanya untuk masa kekinian.
[caption id="attachment_392148" align="aligncenter" width="491" caption="Situ Gintung yang Asri (dokpri)"]
Wisatawan domestik dan manca tak henti berduyun, menjadi saksi keindahan semesta Nusantara. Mendatangkan berkah dan bungah, terbit senyum bagipenghuni bumi pertiwi. Devisa deras mengalir dan gerak perputaran roda perekonomian, adalah efek tak bisa dihindari yang membuncahkan hati. Kesejahteraan penduduk sekeliling obyek wisata, menjadi rentetan dampak menggembirakan.
Kabar tersebar di media massa, perihal "kerakusan" segelintir orang haus di kursi kuasa. Menggunduli hutan pencegah banjir, menebang pepohonan penyeimbang ekosistem. Kejahatan pencurian kayu marak terjadi, perampokan dan pemerasan kekayaan alam terasa masif merajalela. Ulah oknum berkedok undang undang, demi menumpuk tinggi pundi pundi sendiri. Mereka yang duduk berjas berdasi rapi, sekali ketok palu setara dengan sekian hektar hutan terlibas.
Sebagai orang kecil tak punya kuasa, tak bisa berbuat apa kecuali prihatin mengelus dada. Kalaupun bersuara tak terdengar juga, apalagi melancarkan demo tak pelak dianggap makar.
Segala kendala bukan alasan putus usaha, justru penguat tekad dan semangat. Sekecil kontribusi dan upaya, menjadi bukti bahwa diri peduli. Satu langkah kecil akan lebih berarti, dari pada seribu ucap tak beriring aksi.
Melalui sedikit kebisaan menulis sebagai blogger, melalui forum terhormat ini ingin merangkai asa, bersama tulisan blogger lainnya. Berharap masukan sekedarnya bisa menjadi pertimbangan, syukur menjadi perhatian tak dipandang sebelah mata.
Dua tangan dari Kementrian pariwisata telah terbuka, melalui wall Kompasiana yang luar biasa. Semoga goresan tulisan dari seorang yang bukan siapa siapa, setidaknya bisa didengar itu saja sementara sudah cukup. Siapa tahu mewakili suara sebagian yang lain, namun tak punya kesempatan dan tak mampu menyuarakan.
******
[caption id="attachment_392149" align="aligncenter" width="450" caption="Gua Pindul Gn.Kidul Jogja (dokpri)"]
Potensi wisata yang tersebar di segenap penjuru, menjadi bukti negeri ini indah permai. Sudut sudut dengan pesona yang luput dari perhatian, menjadi tugas setiap individu warga mengangkatnya. Selayaknya kementrian Pariwisata dari pusat sampai daerah, aktif mengangkat potensi wisata yang belum tergali.
Saya yakin hutan alam yang masih ranum, telaga sunyi belum terjamah telapak kaki. Masih "berceceran" tersebar di mana mana, belum terekspos kecuali diketahui sedikit orang. Belum lagi aneka fauna berkelana di alam bebas, selaksa flora langka yang masih tumbuh liar belum tercium hadirnya. Semuanya adalah harta karun Indonesia, yang diturunkan Tuhan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Konon ketidaktahuan kita manusia tak terbatas, dibanding pengetahuan yang dikuasai. Perbandingannya ibarat setitik air pengetahuan, ditengah luasnya samudra ketidaktahuan. Itulah sebabnya manusia tak bisa hidup sendiri, sangat membutuhkan kehadiran orang lain untuk melengkapi.
[caption id="attachment_392150" align="aligncenter" width="430" caption="Suasana Senja (dokpri)"]
Menggairahkanperan aktif setiap individu dalam masyarakat, untuk terlibat langsung dalam "gawe besar" Pariwisata. Sebagai wujud keseriusan Pemerintah, dalam mengenalkan obyek yang masih perawan. Segenap rakyat yang tersebar di setiap pulau, diposisikan sebagai "mata mata" atau agen wisata di daerah masing masing. Karena hanya rakyat di sekitar obyek potensi wisata, yang lebih tahu dan paham potensi daerah mereka sendiri.
Memperbanyak kegiatan kreatif berbasis masyarakat, melalui berbagai lomba tulis, foto, video. Dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan, misalnya obyek wisata berada di daerah asal peserta yang masih minim publikasi dan sebagainya.
Pemerintah perlu membuat kebijakkan pro potensi wisata, segala yang merusak terlebihmemusnahkan obyek wisata musti ditindak tegas. Tak ada toleransi bagi penebang liar, perusak alam lingkungan, apalagi yang mengancam daerah di sekitar obyek wisata.
****
[caption id="attachment_392151" align="aligncenter" width="512" caption="Situ Pamulang (dokpri)"]
Sebagai contoh kecil di daerah Tangerang selatan, tempat saya dan keluarga besar tinggal. Memiliki banyak "kekayaan" potensi wisata, satu diantaranya adalah Situ. Ada sembilan Situtersebar di beberapa titik, keberadaannya (seharusnya) tak boleh diabaikan, mengingat multifungsi bagi kehidupan manusia dan lingkungan.
[caption id="attachment_392152" align="aligncenter" width="461" caption="Lomba Perahu di Situ Bungur Tangsel (dokpri)"]
Situ atau cekungan disebut jugadanau, terjadi bisa karena buatan atau alami. Keberadaannya cukup vital bagi manusia dan lingkungan, menjadi daerah resapan mencegah kemungkinan terjadi banjir terjadi. Selain itu juga bisa menjaga keseimbangan ekosistem alam dan lingkungan, berfungsi sebagai irigasi atau pengairan sawah. Suasana asri dan pemandangan indah di sekitar Situ, bisa menjadi potensi tempat wisata masyarakat sekitar.
[caption id="attachment_392153" align="aligncenter" width="512" caption="Pendangkalan Situ di Tangsel (dokpri)"]
Namun tak semua Situ kondisinya diperhatikan, ada yang luput dan ditelantarkan. Bahkan dibiarkan terjadi pendangkalan, akhirnya berdiri bangunan liar diatasnya. Rumah diatas Situ membuang limbah, berupa limbah (baca sampah) baik padat atau cair. Semakin lama endapan sampah di dasar Situ, berhasil mengangkat lumpur dari dasar Situ ke permukaan. Apabila dibiarkan terus menerus tanpa dicegah, semakin lama lumpur mengeras menjadi daratan.
[caption id="attachment_392159" align="aligncenter" width="458" caption="Rumah di atas Situ (dokpri)"]
Mungkin saja banyak obyek lain di bumi pertiwi yang senasib, potensinya ditelantarkan sehingga rusak tak terpelihara. Sungguh disayangkan apabila terjadi, padahal kalau dikelola serius tentu akan menunjukkan "taringnya". Tampil cantik penuh percaya diri, siap bersaing dengan obyek wisata lainnya. yang tak kalah penting adalah kemanfaatannya, dirasakan oleh penduduk sekitarnya.
Potensi potensi yang layu sebelum berkembang sungguh disayangkan, apalagi berorientasi bagi kepentingan sedikit orang. Kebiasaan tak terpuji harus diputus rantainya, kalau dibiarkan semakin susah mengendalikan. Tak ada yang bisa menghadapi,keculai instansi terkait atau dinas terkait.
*****
Akankah alam Indonesia masih menjadi cukilan surga, setiap pertanyaan hanya kita yang bisa menjawabnya. Pemerintah dalam hal ini dinas terkait musti cepat bertindak, bergandengan dengan masyarakat. Menyelamatkan yang masih bisa diselamatkan, menghentikan kesewenangan sebelum berlarut larut.
[caption id="attachment_392154" align="aligncenter" width="480" caption="Sungai Oyo Gn.Kidul Jogja (dokpri)"]
Menjadikan setiap warga menjadi Agen Pariwisata, membekali dengan keahlian yang dibutuhkan. Membuat Forum Group Discussion (FGD) dari tingkat paling kecil, mengajak masyarakat sekitar obyek wisata. Saya yakin rakyat akan senang "diorangkan", dan dilibatkan demi kemajuan lingkungannya sendiri. Rakyat pemilik tanah tempat tinggal, selayaknya rakyat juga yang menjaga lingkungan tempat tinggalnya.
Satu obyek demi satu obyek potensi wisata yang terperhatikan, terselamatkan dari tangan jahil. Akan berkembang berkatperan serta rakyat, pemerintah terus meng-upgrade rakyat dengan pengetahuan. Dengansendirinya akan terjadi seleksi alam, mana obyek wisata yang mengemuka dan mana yang tidak.
Kalau tindakan kecil ini dilakukan secara berkelanjutan, mustahil dampaknya akan membesar pada suatu waktu. Cukilan demi cukilan "tanah surga" yang belum digali, musti terus dan tak henti diupayakan. Agar terus bermunculan obyek baru, agar menerbitkan sumringah baru penduduk sekitarnya. Semua musti digawangi dengan peraturan berpayung hukum, agar tak terjadi penguasaan wialayah oleh "oknum" tertentu.
[caption id="attachment_392155" align="aligncenter" width="512" caption="Situ Muara Tangsel (dokpri)"]
Semoga nirwana yang bernama Indonesia, tak lagi hanya sekedar sanjung puji. Gandenglah kami rakyat kecil wahai penguasa, segenap daya dan upaya akan kami kerahkan. Jadikan kami perpanjangan tanganmu wahai penguasa, maka kami akan memegang amanah dan menjalankannya.
Toh apa yang kalian percayakan, tak lain demi kesejahteraan kami sendiri. Tugas dan tanggung jawab yang kalian limpahkan, demi kegembiraan kami para rakyat kecil.
Saatnya mengajak rakyat lebih banyak terlibat, bukankah rakyatlah yang sesungguhnya tahu kebutuhannya sendiri. Sekarang bukan saatnya rakyat hanya diam pasif, sekedar menerima kebijakkan. Rakyat berhak menentukan nasib sendiri, demi kesejahteraan sendiri. Rakyat akan lebih senang, diajak urun rembug dimintai saran pendapat. Mari kita jadikan tanah surga persada, demi terbitnya senyum dan bahagia bersama (salam)