[caption id="attachment_364819" align="aligncenter" width="402" caption="sesejuk-pagi.blogspot"][/caption]
Banyak kaum muda yang menghabiskan masa kuliahnya sambil bekerja, namun ada juga sebagian lain yang memilih hanya melewati hari harinya di bangku kuliah saja. Setiap pilihan sepenuhnya tergantung masing masing individu, karena keadaan setiap orang hanya dirinya yang memahami. Masa kuliah bagi penulis saat itu bagaikan berada di pintu gerbang kehidupan yang sesungguhnya, hidup jauh dari orang tua semua masalah harus dihadapi sendiri. Masa awal merantau adalah masa berat yang mau tak mau harus dilewati, semua kebiasaan yang sudah demikian lama dilalui harus dirubah. Biasanya kalau pagi sarapan sudah tersedia di meja, setelah merantau tak bisa lagi seperti itu. Kalau dirumah perlu apa apa tinggal minta orang tua, kini harus mencari uang sendiri. Kuliah saja atau membagi waktu kuliah sambil bekerja memiliki resiko sendiri sendiri. Penulis kebetulan memiliki jumlah saudara setengah lusin dengan penghasilan orang tua pas pasan, akhirnya memilih bekerja dulu kemudian kuliah. Melihat ayah dan ibu pontang panting membagi penghasilan setiap awal bulan untuk sekolah anak anaknya, memberi dampak psikologis bagi penulis. Ada perasaan tak tega menambah beban ayah yang sudah pensiun dan mengandalkan jualan dari toko kecil di pasar, sementara kalau penulis mau susah sedikit saja yakin bisa menghasilkan pendapatan.
Usai lulus SMA penulis segera "menjual" ijazah ke aneka perusahaan di kota besar, setelah menahan harap beberapa bulan akhirnya ada juga yang melirik ijazah tersebut. Bekerja menjadi rutinitas sehai hari, perlu beberapa bulan beradaptasi dan mulai akrab satu sama lain termasuk dengan pimpinan. Pada waktu yang tepat mulai mencari kelas malam di kampus swasta berbiaya terjangkau. Memang bukan perkara mudah mengatur waktu dan tenaga untuk kuliah dan bekerja, semua ada plus dan minusnya.
Maksud penulis memposting artikel ini sungguh tidak ada niat berbangga diri, dengan segala kerendahan hati hanya ingin sekedar berbagi pengalaman pribadi. Enak atau tidak enak kuliah sambil bekerja sesungguhnya tak lebih masalah sudut pandang, tetapi ketika saat itu saya mencoba "positif thinking" semua pikiran negatif langsung ngibrit. Berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami dan rasakan, efek menyandang status mahasiswa pekerja adalah sebagai berikut.
1. Membiasakan Diri Displin Waktu
Mengatur kapan waktu untuk kuliah kapan waktu untuk bekerja, penulis saat itu sengaja mengambil kerja shift. Sehingga bisa diatur flesible, efek dari keterbatasan waktu biasanya akan disiplin. Tak ingin menyia-nyiakan waktu senggang kecuali untuk belajar, atau mengerjakan sesuatu yang prioritas. Bahkan saat hari libur benar benar akan dimanfaatkan untuk melepas dari kejenuhan. Untuk pilihan jenis pekerjaan yang memiliki shift biasanya di Restaurant, Warnet, Supermarket dan lainnya.
2. Menjadi Finacial Planer
Karena uang gaji yang diperoleh setiap bulan harus dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, maka pengeluaran harus diatur sedemikian rupa. Pemasukan di awal bulan langsung dipostkan berbagai tempat, mulai dari uang kuliah, uang kost dan biaya hidup sehari hari pada bulan yang bersangkutan. Penulis saat itu membuat sistem jatah pengeluaran harian (cukup atau tidak cukup hanya sebesar itu jatahnya), kadang kalau ada acara makan bersama atau ditraktir boss maka uang jatah makan hari itu bisa disimpan untuk kebutuhan yang lain. Strategi lain menghemat pengeluaran, penulis memilih aktif dikegiatan kampus semacam seminar dan sejenisnya terutama saat libur.
3. Membentuk Gaya Hidup
Karena sudah merasakan susahnya menjemput rejeki demi membiayai kebutuhan hidup, maka setiap mengalokasikan dana untuk membeli suatu barang akan berpikir masak masak manfaat dan mudhorot barang tersebut. Waktu lenggang lebih banyak dihabiskan di perpustakaan atau toko buku, atau menjadi penggembira di Organisasi Kampus (senat). Keseharian yang terus dijalani dengan pola hidup yang menyesuaikan kebutuhan, akhirnya membentuk kebiasaan kebiasaan. Pada akhirnya akan menjadi bagian dari gaya hidup.
4. Kreatif
Ketika suatu waktu ada kebutuhan tak terduga yang lumayan menguras isi kantong, sang mahasiswa pekerja mau tak mau harus menyiasati agar uang cukup sampai habis bulan. Pengalaman penulis ketika ada tabungan sengaja membeli sepeda bekas, maksud dan manfaat pembelian roda dua ini akhirnya terasa juga. Ketikadompet mulai kempes tugas sepeda mengantikan ongkos bus dari kost sampai tempat kerja kemudian menuju kampus terakhir kembali ke kost-an. Pun ketika hari libur tiba lebih sering menghabiskan waktu berkeliling kota tanpa biaya alias gratis.
5. Membentuk Mental
Dunia kampus sangat berbeda dengan dunia kerja, mental pelajar tentu berbeda dengan mental pekerja. Bentuk tekanan di tempat kerja tentu berbeda dengan tekanan di kampus. Penulis rasakan dunia kerja mampu membentuk seorang berpikir lebih arif dan bersikap lebih bijak, menumbuhkan perasaan empati dan menghargai orang lain. Mungkin di kampus potensi tumbuhnya sikap empati dan menghargai bisa terjadi, tetapi menurut yang saya rasakan kadarnya lebih dalam di tempat kerja.
6. Lebih Dulu Siap Terjun Ke Masyarakat
Keuntungan yang penulis rasakan ketika usai wisuda adalah tak perlu bingung esok hari akan kemana, karena sudah ada tempat pekerjaan yang dituju. Dengan keilmuan yang dimiliki dan gelar yang sudah diraih selanjutnya pilihan ada ditangan sendiri. Akan melanjutkan karir di kantor yang lama dengan mencoba jabatan yang lebih tinggi, atau sementara bertahan sambil mencari tantangan yang lebih di tempat kerja yang baru.
********
Di ujung artikel kembali penulis tegaskan bahwa rangkaian kesimpulan yang diuraikan diatas hanya berdasar pengalaman pribadi. Setiap pilihan ada kelebihan dan kekurangan, tergantung setiap orang menjalani dan memaknai. Hanya besar harapan semoga sedikit pengalaman yang saya maksudkan untuk berbagai, bisa memberi bermanfaat aminn..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H