Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketenaran, Antara Berkah dan Musibah

12 September 2014   14:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:54 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_358666" align="aligncenter" width="630" caption="Christine Hakim- hotflick.net"][/caption]

Keinginan memiliki ketenaran bak pesohor di panggung hiburan yang sarat dengan puji puja masih menjadi mimpi banyak orang terlebih kaum remaja, menjadi terkenal seolah otomatis berbuntut keenakkan hidup. Khusus di dunia seni peran atau nyanyi biasanya akan menjadi sorotan kamera, wajah dan tampilannya rutin menghias layar kaca. Bagi yang sedang naik daun bersiap saja gaya fashion, rambut dan ucapannya menjadi trendsetter, alhasil kelimpahan materi menjadi bayaran atas setiap undangan yang datang. Honor yang sedemikian tinggi selalu dibarengi dengan keglamoran yang kerap ditampakkan di hadapan publik, foto pelesiran ke berbagai tempat terbaik di dunia, pun pose bersama barang branded berbandrol selangit yang diunggah di medsos tak luput menjadi konsumsi massa. Singkat kata kesan yang selalu menonjol adalah tak ada istilah sedih dan duka dalam kamus hidup sang selebrity.

Beberapa hari terakhir media diramaikan dengan berita tentang Norman Kamaru yang saat ini menjadi penjual bubur Manado, mantan anggota Brimob ini pernah melewati masa tenarnya di industri hiburan meski hanya sesaat. Saya jadi ingat beberapa nama yang melejit secara mendadak dan sempat mencicipi ketenaran instan adalah Sinta Jojo yang ngetop lewat unggahan lipsink lagu Keong Racun. Kemudian nama anak muda ganteng Aron Asrab yang juga merasakan dampak tenar instan setelah mengunduh videonya dengan sentuhan lebih kreatif menggabungkan potongan lagu disertai akting yang mengesankan. Daftar nama artis tenar mendadak masih berderet panjang, penyanyi jebolan ajang pencarian bakat ditelevisi mengantre dibelakangnya. Coba kita simak sedari musim pertama pentas Indonesia Idol yang digelar lebih dari sepuluh tahun berlalu, hanya menyisakan beberapa nama yang eksis di dunia hiburan. Mereka yang relatif masih sering muncul adalah Delon Thamrin, Winda Viska, Judika, Ikhsan Tahore, Citra Solastika, sedang nama lain mungkin masih ada lewat off air atau sesekali on air di layar gelas namun karirinya tak terlalu moncer di industri hiburan. Sementara sang pioner ajang pencarian bakat di televisi Indonesia yaitu AFI atau Akademi Fantasi Indosiar (menurut pengamatan saya) tak menyisakan satupun nama akademia yang terlihat kerap mondar mandir di layar kaca. Ajang pencarian bakat masih banyak lagi barisannya seperti Indonesia Mencari Bakat (IMB), Indonesia Got's Talent, X factor,Mamamia, Idola Cilik, Miss Indonesia serta ajang pencarian bakat lainnya.

*******

Ketenaran memang bukanlah hal yang tabu, tetapi memaintenance eksistensi setelah menjadi pesohor ternyata jauh lebih susah. Persaingan di industri hiburan sebegitu ketatnya layaknya di industri atau bidang lainnya, karena memang hakikat kehidupan ini adalah persaingan. Tanpa adanya persaingan dijamin tak ada upaya lebih atas pencapaian yang telah diraih, tanpa adanya persaingan semua akan stuck dan berhenti di satu titik. Maka sebuah ketenaran musti dibarengi dengan kesungguhan, upaya yang tak pernah putus dan ciri khas atau keunikkan yang membedakan diri dengan orang lain yang berkecimpung pada bidang yang sama. Kekhasanlah yang akan menjadi kunci pengingat itu, tanpanya berarti siap digeser oleh penddatang baru.

Kalau di dunia musik Indonesia kita memiliki seperti Titik Puspa, Iwan Fals, Ebiet G Ade maka mereka menjadi bukti bahwa ciri khas itulah yang melangengkan namanya, kini di jajaran penyanyi muda mulai muncul Anggun yang sudah go international (kabarnya kini sudah beralih kewarganegaraan) dan Agnes Monica yang selalu menunujukkan totalitas diatas panggung. Di dunia film siapa tak kenal dengan Christine Hakim yang namanya telah sejajar dengan bintang Holywood Julia Robert saat membintangi film layar lebar Eat Pray Love. Kini bibit muda yang muncul dan berhasil menyeruak di kancah internasional adalah Iko Uwais lewat debut The raid, menyusul Joe Taslim, dan belakangan ada Reza Rahardian yang mulai dikontrak bermain film produksi Brunei Darusalam.

[caption id="attachment_358669" align="aligncenter" width="500" caption="Butet Manurung - sekolahpesisir.files.wordpress.com"]

1410479722529181003
1410479722529181003
[/caption]

Kalau mau dirunut panjang selain di dunia hiburan banyak bidang lain yang mengunggulkan sosok sosok brilian, didunia pendidikan siapa yang menyangsikan kontribusi seorang Butet Manurung yang telah menyediakan diri berjibaku dalam ruang dan waktu yang panjang bersama bocah rimba demi mengajar baca dan tulis. Andrea Hirata hadir dengan bukunya yang bernas dan fenomenal menceritakan kesahajaan anak anak belitung dalam Novel Laskar Pelangi konon karya beliau menembus cetak hingga jutaan copy sedang Film dengan judul yang sama berhasil menyabet beragam penghargaan. Yang sedang menjadi hot news di dunia Politik adalah Tri Risma Harini, dan Joko Widodo keduanya kerap muncul dengan kebijakkan pro rakyat dan berhasil menyabet segudang prestasi bahkan sampai tingkat dunia terlepas dari pro kontra yang tengah terjadi. Masih ada lagi didunia olah raga menorehkan nama Taufik Hidayat di bulutangkis dan Evan dimas pada sepak bola, di dunia sastra mencetak nama besar Sapardi DJoko Damono dan Seno Gumira Ajidarma, didunia parenting ada Elly Risman Musa dan mantan artis penyanyi Neno Warisman, di dunia anak ada Kak Seto Mulyadi dan Pendongeng Kak Kusumo Priyono, di dunia marketing ada sosok Hermawan Kertajaya, diranah motivasi ada Tung Desem Waringin, Andre Wongso kemudian Janson Sinamo sang bapak Etos, pencetak anak anak cerdas pemenang olympiade Fisika ada Prof. Johanes Surya, di seni tari ada Sardono W Kusumo dan Didik Nini Thowok, masih banyak lagi dan masih banyak lagi, mungkin rekan K-ers bisa melanjutkan sendiri karena apabila disebutkan satu persatu tak akan ada usainya.

Nama nama yang sebegitu berkontribusi besar dibidangnya pada umumnya tak menjadikan terkenal sebagai motivasi utama. Mereka bekerja dengan menyertakan "ruh" dalam setiap kerjanya (baca; karya) sehingga keterkenalan akan mengikuti dengan sendirinya atau bisa dianggap semacam bonus. Karena justru motivasi terbesar mereka (menurut saya pribadi) bukan terkenalnya, tapi bagaimana memberi persembahan atau kontribusi yang terbaik untuk orang lain melalui karyanya. Menjadi terkenal bukan hal yang dilarang namun apabila keterkenalan malah menimbulkan perasaan jumawa maka itulah yang berbahaya, jadi bagi yang hendak atau yang sedang mendaki keterkenalan ada baiknya memastikan, apakah ketenaran itu akan membawa berkah atau musibah ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun