Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Bagi Pedih Pada Orang Tuamu

7 Januari 2017   03:44 Diperbarui: 7 Januari 2017   04:11 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dokumentasi Pribadi

Dengan saudara ipar satu ini, saya cukup dekat sejak kali pertama merantau. Semangat mandirinya begitu jelas nampak, teguh dan tegar dalam segala suasana. Segala macam pekerjaan dilakoni, pun saat memutuskan resign untuk focus mengurus suami dan anak-anak.

Saya memanggil dengan sapaan "Mbak", dari sisi usia pasti terpaut jauh di atas saya. Pada masa pencarian kerja itulah, kerap saya mendapat suntikan petuahnya. Satu nasehat terngiang hingga kini, dijadikan pegangan sampai saya menikah.

Kini setelah anak-anak mbak ipar besar, usaha rumahan nyaris duapuluh tahun sudah dijalani. Kekaguman saya tak pernah luntur, melihat liku-liku perjalanan hidup yang ditempuh.

Namun sejauh yang diceritakan pada saya, tersimpulkan pertahanannya semakin kokoh dibentuk oleh keadaan. Matur suwun mbak ipar, yang tetap inspiratif.

"Berbagi pada orang tua itu kabar yang seneng-seneng saja, kalau yang sedih-sedih jangan diceritakan" begitu nasehatnya

Berbekal ijazah SMA, saya mengajukan lamaran pekerjaan kesana- kemari. Entah setelah kantor keberapa saya masuki, hingga langkah berhenti sebagai tenaga kasar di sebuah rumah makan.

Setahun masih bekerja di tempat yang sama, saya memutuskan mengambil kuliah pada malam hari. Pikir saya, hanya dengan meningkatkan pengetahuan, peluang berkembang akan terbuka. Semangat begitu memenuhi benak, kerja dan hidup keras dengan tekad berani ditempuh.

Sebuah lakon yang tak mudah dijalani, bagi anak belum genap usia duapuluh kala itu. Bekerja sembari kuliah, sungguh menyita waktu, tenaga dan pikiran. Pertentangan ego begitu kerap terjadi, pada saat melihat teman kampus masih bisa enak-enakkan.

Mereka yang hanya kuliah saja, tak perlu memikirkan dari mana uang untuk membayar semesteran. Sementara diri sendiri berpeluh, memenuhi biaya kost, makan sehari-hari sampai uang ujian.

Saat sedang banyak kebutuhan, pengin rasanya minta jatah pada orang tua. Namun ketika niat menyampaikan tiba, kalimat meminta seolah tercekat di tenggorokan.

Nasehat mbak ipar seperti menyerbu pikiran, menuntun langkah kembali ke kota perantauan. Keluh kesah pada mbak Ipar, seolah menjadi hawa sejuk penghilang bara di hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun