[caption id="attachment_357347" align="aligncenter" width="350" caption="kusmono.com"][/caption]
Manusia dengan segala akal budi mampu berkreasi sekreatif mungkin di pelataran bumi yang menyediakan diri bagi pengelolaan kehidupan, manusia ditakdirkan untuk dibekali kemampuan yang tak dimiliki makhluk selainnya. Tanaman hanya diberi kemampuan bertumbuh, binatang diberi kamampuan berkembang dan bernaluri, sementara manusia dibekali dengan lengkap untuk tumbuh, berkembang, bernaluri plus disertai akal pikiran. Pada point akal pikiran inilah yang menjadi muasal mengapa manusia menjadi sebegitu mulia dibanding makhluk lainnya bahkan malaikat sekalipun. Sebagai makhluk sosial manusia berinteraksi satu dengan lainnya dalam kancah kehidupan sehari hari, konflik yang terjadi menjadikan bumbu sekaligus menjadi alasan kehidupan sedemikian berwarna. Kekecewaan bersanding keriaan, duka mendalam bersebelah dengan suka membuncah, keluhan dan rasa syukur silih berganti melintasi sanubari.
Ketika rasa lengang menyergap benak karena ketiada berdayaan, ketika masa permenungan hadir menyapa setelah perjuangan hidup didunia, seoalah mempertegas rasa bahwa ada kekuatan rahasia yang membawahi setiap kejadian. Setiap suasana, setiap ruang dan waktu, setiap ketakmengertian seolah membuka pintu penyadaran bahwa ada kekuatan Maha Besar dibalik semua ini. Manusia yang memiliki kelebihan sekaligus kelemahan akan menyandarkan segala ketidakpahamannya dalam doa kepada Sang Maha Besar. Segala yang menguatkan keyakinan, yang mengokohkan tekad, yang membesarkan harap mengerucut dalam satu muara yaitu doa. Seorang ibu ketika melepas kepergian anaknya yang beranjak dewasa akan mengiringi keberatan hatinya dalam rangkaian doa, bagai telepati sang anak yang sedang merenda hari di tanah rantau akan merasai bisiskan sang ibu dan membayang seraut wajah perempuan terbaik itu menjadi simpanan bagi bakti di kemudian waktu. Seorang anak yang kangen dengan sang ayah yang telah berbaring panjang di bawah pusara diperut bumi, hanya bisa menghubung rasa rindu dalam lantunan doa. Doa menjadi kekuatan yang tak terdefinisikan baik dalam kalimat wadag atau dalam logika yang sistematis sekalipun, doa seolah memiliki ruang sendiri yang tak terjamah kecuali oleh kerahasiaan itu sendiri karena bersemanyam dalam alam ruh.
Doa menjadi tak berdiri sendiri bagi kita yang masih hidup dan bersemanyam dalam jasad tubuh ini, ada peranan tenaga, pikiran, dan energi yang mengkolaborasi agar doa menjelma dalam kehidupan nyata. Seusai khusyu mengucap doa dalam aktivitas peribadatan sebagai manusia mustilah membarengi doa dengan aktivitas raga. Maksud saya begini ketika seorang pelajar hendak ujian setelah berdoa usai beribadah, giliran doa selanjutnya yaitu belajar yang giat. Tak bisa dan tak mungkin nilai yang memuaskan diraih sebagai buah dari ujian ketika sang siswa hanya berdoa di hening malam tanpa dibarengi belajar, jadi aktivitas belajar sesungguhnya doa itu sendiri. Sama juga kasusnya dengan seorang ayah yang mendapati anak bayinya menangis karena minta susu, maka cara berdoa adalah apabila sang ayah pedagang yang musti dilakukan bergegas ke pasar menjual barang dagangannya, hasil dari aktivitas perniagaan bisa dibelikan susu untuk meredam tangisan sang buah hati.
Maka saya jadi "ngelantur" betapa seluruh sisi dalam kehidupan ini adalah doa, berkata dan bersikap baik dengan teman dikantor adalah bagian doa karenanya teman menjadi memandang positif bagi pribadi yang baik, efeknya ketika ada urusan (bisa jadi) sang teman tak berat hati mengajak berpartner. Bersikap ramah dan senyum terbaik kepada tetangga pun doa jua esensinya, siapa tahu suatu saat tiba tiba sang tetangga datang membawa buah tangan setelah bepergian sebagai hadiah karena menitipkan penjagaan rumah pada tetangga yang murah senyum. Namun jangan sangka juga iri dan pendendam tanpa disadari dan tanpa diharap menjadi doa juga dengan sendirinya, karenanya orang lain akan terbirit ketika berususan dengan pendendam otomatis rejeki akan menjauhi. Kebiasaan malas dan menggunjing (sebenarnya) juga tak disadari dan tak diingini menjadi doa dengan sendirinya, karena ketika orang lain yang menjadi korban guncingan setelah menyadari akan enggan menyapa apalagi berbagi. Hanya manusia yang mengedapankan nafsu akan merangkai keburukan demi keburukan yang dikira akan mengunggulkan diri sendiri, padahal dalam kamus apapun tak ada rumus yang menyatakan keburukan akan menang. Cepat atau lambat kebaikan akan menagih keberadaannya, karena memang ketentuan alam sudah semestinya hanya kebaikan yang menjadi pemenang sejati.
Maka coba renungkan ketika bumi berputar pada porosnya esensinya doa juga, karena dari perputaran itu akan memungkinkan matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam menjelang senja hari. Dari perputaran itu memungkinkan pula tanaman bertumbuh subur, hasil bumi berbuah melimpah, dari perputaran bumi pula yang menyebabkan air mengalir, angin semilir, burung berkicau, pepohonan merindang sehingga menjadi persembahan indah untuk kehidupan. Maka kehidupan yang luasnya tak terjamah dan dahsyat tak terkira esensinya doa untuk persembahan bagi Sang Pencipta Yang Maha Segalanya (wallahua'lam bisawab)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H