Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cara Jitu Meng-KO Musuh

25 Agustus 2014   15:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:37 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_355028" align="aligncenter" width="627" caption="utraman.com"][/caption]

Lawan atau musuh seringkali menjadi momok bagi setiap orang, ingin rasanya membumihanguskan orang yang berseberangan dengan diri sendiri atau paling tidak menjauh sehingga minim interaksi, minim kepentingan, minim bersingunggan atau kalau perlu tidak usah sama sekali punya urusan. Tapi siapa yang bisa menjamin sebagai makhluk sosial manusia satu akan membutuhkan manusia yang lain entah kapan entah dimana apalagi saat kepepet. Perbedaan perbedaanlah yang membuat seseorang enggan bersambung rasa dengan orang tertentu entah karena perbedaan pendapat, perbedaan sikap, perbedaan pandangan atau perbedaan apapun sehingga ada perasaan tak nyaman ketika berada di dekat orang yang dinggap lawan atau musuh. Bukan perkara mudah memang menerima sang musuh hadir ditengah tengah perkumpulan atau komunitas karena bisa saja mendadak merusak mood, memporandakan situasi yang tentram, atau akan mengusik perasaan nyaman, bahkan apabila dipaksakan bermanis manis didepan musuh dengan merasa seolah olah tak terjadi apa apa tetap saja sikap kaku dan perasaan mengganjal terus membuntuti. Kalapun mungkin dari pihak diri sendiri sudah menganggap tidak terjadi apa apa siapa bisa menjamin dari pihak musuh akan menunjukkan sikap dan perilaku serupa.

Dalam sejarah kehidupan manusia memang selalu saja musuh disandingkan dengan orang baik baik, mari kita tengok Damarwulan menjadi rival dari saudara kembar Layang Seto dan Layang Kumitir, kisah Pandawa yang baik dan bijaksana berlawanan sikap dengan Kurawa, cerita fiktif anak anak yang terkenal Bawang Putih yang baik hati dimusuhi oleh saudara tirinya Bawang Merah yang berhati jahat, kisah Cinderella bersanding dengan kepicikkan saudara tirinya dan serangkaian kisah entah fiktif entah fakta tetapi tetap saja ada perseberangan perseberangan di jalinan cerita. Maka saya pribadi berpikir alangkah tidak menariknya dunia apabila tidak ada perseberangan perseberangan tersebut. Semua contoh mulai dari Damarwulan, kisah epik Pandawa, derita dan nestapa Bawang Putih dan sang putri cantik Cinderella tak akan menjadi kisah yang dramatis atau mengharu biru apabila tak ada lawan atau musuhnya. Tanpa ada Kurawa, Layang seto dan Layang Kumitir, Bawang Merah dan saudara tiri Cinderella maka empat kisah yang saya comot sebagai contoh akan datar datar saja tak menarik dan sama sekali mengandung unsur greget, bisa jadi nama nama tokoh itu tak melegenda hilang ditelan masa.

Esensi Lawan

Meskipun bukan berarti kita harus sengaja mencari cari musuh dalam keseharian tetapi kalaupun mereka (yang memusuhi diri kita) tiba tiba hadir bisa jadi ini menjadi sinyal untuk sebuah peluang bagi peningkatan kualitas diri sendiri. Maksud saya begini apabila kita ingin membuktikan bahwa kita termasuk kategori orang yang sabar perlu ada orang lain atau situasi genting yang mengujinya, atau misalnya untuk menyatakan seorang pantas menyandang sebagai sosok yang tegar maka perlu dibuktikan dengan keadaan atau situasi tak nyaman agar ketegaran itu terbukti. Tanpa disadari merekalah para musuh itu yang menyediakan diri menjadi penguji alami entah sang musuh sendiri sadari atau tidak.

[caption id="attachment_355029" align="aligncenter" width="576" caption="ilustrasi- dok.pribadi"]

1408930095307249717
1408930095307249717
[/caption]

Situasi yang nyaman nyaman dan datar saja cenderung tak akan mengasah menjadi karakter yang unggul bahkan tak menghasilkan apa apa. Seseorang yang dibesarkan dalam iklim yang memanjakan dan terpenuhi segala keinginan akan tumbuh berbeda dengan seseorang yang dibesarkan dalam keberhimpitan dan situasi yang memerlukan kerja keras. Namun keduanya memiliki memiliki peluang yang sama untuk berhasil atau gagal tergantung dari penyikapan keadaan yang ada dihadapannya

Dari sedikit uraian tersebut saya pribadi menjadi memiliki sebuah paradigma baru perihal musuh entah itu berupa orang atau keadaan, bahwa sejatinya kita membutuhkan orang yang berseberangan dengan kita karena mereka berfungsi utuk terus mengasah diri, pun kita kadang membutuhkan situasi yang menekan diri semata untuk meningkatan karifan pula. Mungkin di lingkungan sekitar sering kita dengar siapa sangka seorang yang dulunya tak lepas dari cela dan dimaki kini tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan tetap rendah hati, pun banyak juga dulunya seorang yang miskin papa dan dijauhi sanak saudara justru saat sekarang terbukti tumbuh menjadi pribadi mandiri dengan anak anaknya berhasil meraih pendidikan dan kehidupan yang baik. Coba saja kalau orang orang (yang saat ini mengecap keberhasilan) dulunya berada pada posisi dikasihi (bisa saja) tak akan menjadi seperti sekarang.

Meng-KO Lawan.

Dari kejadian atau peristiwa yang sudah berseliweran di depan kita dan ujungnyapun sudah bisa terlihat nyata, saya pribadi memiliki kesimpulan perihal cara menghadapi musuh atau lawan atau rival atau apapun istilahnya yang menurut saya cukup elegan. Cara meng-KO yang bersebarangan dengan kita adalah dengan menjadikan dia kawan tanpa peduli seperti apa reaksinya. Orang yang meghina dan mancaci maki tak perlu dibalas dengan tindakan serupa, jadikan si pencaci teman atau setidaknya jangan dianggap musuh karena sejatinya dia telah menyumbang jasa pada diri kita dalam hal meneguhkan kesabaran. Atau apabila sedang barada pada keadaan atau posisi yang kurang nyaman, tak perlu dihadapi dengan perasaan kelewat nelangsa atau berbuih keluh kesah cukup hadapi dengan diam sambil mencari jalan keluar sembari mengais hikmahnya, atau kalau perlu berbagi sedih pilih orang yang tepat dan sudah terbukti bisa dipercaya.

Keseharaian dalam perjalanan kehidupan ini memang tak selalu ibarat jalan yang bertabur bunga melati, tetapi memang kenyataanlah yang mau tak mau harus dihadapi. Sesungguhnya tak ada lawan atau musuh karena semua yang berseberangan dengan diri sejatinya sebagai sarana diri sendiri memupuk kearifan untuk teladan bagi anak cucu nanti. (wallahua'lam)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun