[caption id="attachment_364035" align="aligncenter" width="602" caption="Pak Yanto dokpri"][/caption]
Pada setiap perayaan hari raya (Idul Fitri atau Idul Adha) seluruh umat muslim bergembira menyambut kedatangannya dengan menunaikan shalat ied, pelaksanaan shalat pada pagi hari bisa dilaksanakan dimasjid atau di tanah lapang. Kapasitas masjid yang terbatas oleh pengurus disiasati dengan memanfaatkan halaman bahkan sampai jalanan di sekitar tempat ibadah, karena tikar atau karpet yang tersedia tak sebanding dengan membludaknya jumlah jamaah. Yang lazim terjadi masing masing jamaah sudah mempersiapkan diri membawa alas sendiri dari rumah selain sajadah tentunya. Bagi jamaah yang datang lebih awal bisa mendapat tempat duduk nyaman di dalam masjid, tetapi bagi para jamaah yang tak mendapat tempat selain membawa sajadah dibawahnya perlu dilapisi kertas koran. Tujuannya agar sajadah yang dibawa tak kotor akibat bersentuhan langsung dengan tanah atau halaman masjid yang masih berupa semen kasar atau rumput.
[caption id="attachment_364037" align="aligncenter" width="543" caption="dokpri"]
Fenomena membawa kertas koran untuk pelapis sajadah dulu pernah dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan untuk memasang iklan di koran, sang pengiklan saat itu (awal tahun 2000) membooking satu halaman sebuah koran terkemu di Surabaya. Iklan didesign berbentuk gambar sajadah menyertakan logo perushaannya di satu sudut halaman. Iklan ditayangkan sehari sebelum pelaksanaan shalat ied, alhasil benar benar mujarab di satu lapangan besar di Surabaya masayarakat memanfaatkan space iklan tadi untuk alas sajadah.Hal serupa terjadi juga di beberapa tempat di luar Surabaya, foto hasil jepretan wartawan media tersebut diambil dari beberapa lokasi kemudian ditayangkan sehari setelah pelaksaan shalat ied.
Pada laman Headline Kompasiana Sabtu 4 oktober 2014 menayangkang artikel perihal sampah koran usai shalat ied (Jangan Tinggalkan Sampah Koran Saat Selesai Sholat Ied di Tanah Lapang Please) saya sangat setuju degan ulasan Kompasianer Edy Sutomo tersebut, memang tak bagus membiarkan berserakan koran bekas alas shalat di halaman masjid atau di tanah lapang. Pagi ini minggu 5 oktober 14 ketika usai pelaksanaan shalat ied (ikut keputusan pemerintah) saya menyaksikan sampah koran berserakan di masjid tempat saya ikut shalat ied. Tapi tiba tiba saya menemukan sudut pandang yang lain dari hamparan koran bekas yang ditinggalkan jamaah begitu saja. Seorang bapak yang bernama Pak yanto memunguti koran bekas ini wajahnya terlihat bersemangat dan bahagia. Ketika saya mencoba menghampiri, sang bapak berujarpenuh suka cita karena sedangmendapat rejeki nomplok berupa koran bekas.
[caption id="attachment_364038" align="aligncenter" width="640" caption="dokpri"]
Koran koran bekas biasanya harus dibeli Pak Yanto dari rumah orang dengan berkeliling komplek kali ini dia tak perlu bersusah payah membeli, semua tinggal dipunguti satu persatu dan didapat dengan gratis. Satu kilo koran biasa dihargai Pak yanto sampai delapan ratus rupiah kemudian dijual lagi ke pengepul, ketika saya tanya harga jual ke pengepul sang bapak enggan menyebutkan angkanya. Pagi ini dihadapannya bapak paruh baya ini sudah berhampar sumber pengganjal perut. "Kalau keliling di komplek perumahan kadang tak mudah juga menemukan pemilik rumah hendak menjual koran bekas" ujar Pak Yanto. "selain koran bekas saya juga membeli rongsokan besi, plastik atau apa saja yang bisa dijual ke pengepul"
Merasa tak enak hati menganggu terlalu lama akhirnya saya pamit meninggalkan Pak yanto meneruskan sukacitanya, tiba tiba saja terbersit dibenak apa yang menurut sebagian besar kita dianggap tak bermanfaat disaat yang sama adalah tambang rejeki bagi sebagian lain. Pada hari raya Idul Adha kali ini berkah yang didapat Pak Yanto ternyata double, sebuah kupon pengambilan daging kurban sudah digenggaman ternyata juga mendapat rejeki dari hamparan koran yang berserakan menutupi hampir seluruh pelataran masjid. (trimakasih Pak Yanto bersedia diganggu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H